Hukum Harus Membebaskan dan untuk Kebaikan

Selasa, 21 Januari 2025 – Peringatan Wajib Santa Agnes

15

Markus 2:23-28

Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Jawab-Nya kepada mereka: “Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu — yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam — dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”

***

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melewati ladang gandum pada hari Sabat, para murid memetik bulir-bulir gandum dan memakannya. Hal ini dipermasalahkan oleh orang Farisi. Mereka menuduh para murid telah melanggar hukum Sabat. Hari Sabat menurut hukum Yahudi adalah hari istirahat yang suci, yang mana segala pekerjaan harus dihentikan.

Menanggapi tuduhan itu, Yesus menjawab dengan tegas, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.” Yesus menyatakan bahwa peraturan atau hukum agama tidak boleh menindas, tetapi harus membebaskan dan mendatangkan kebaikan bagi umat manusia.

Dengan ini, kita diajak untuk merenungkan makna sebenarnya dari peraturan dalam kehidupan kita. Tidak jarang kita berhadapan dengan peraturan yang kaku dan membatasi, bahkan menjadi beban yang berat bagi orang-orang yang harus mengikutinya. Yesus hari ini mengajak kita untuk menyadari bahwa peraturan bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk mencapai kebaikan, kasih, dan keharmonisan dalam hidup bersama. Peraturan seharusnya mendukung manusia agar hidup dengan lebih baik, bukan alat untuk menghakimi atau menekan.

Dalam konteks peraturan agama, seperti halnya hukum Sabat yang dipersoalkan dalam bacaan Injil hari ini, kita diajak untuk tidak terjebak dalam kekakuan, sehingga mengabaikan nilai-nilai dasar kasih dan kemanusiaan. Yesus mengoreksi pemahaman orang Farisi yang terlalu fokus pada kepatuhan lahiriah terhadap hukum tanpa mempertimbangkan makna terdalam yang terkandung di dalam hukum itu sendiri. Hukum Sabat sesungguhnya lahir untuk memberikan manfaat bagi umat manusia, yaitu agar manusia memiliki waktu untuk beristirahat, merenung, dan memperbarui hubungan dengan Tuhan.

Semoga kita semua makin memahami bahwa hidup kita harus selaras dengan kasih dan kehendak Tuhan. Peraturan-peraturan yang ada hendaknya menjadi sarana untuk membangun hidup yang lebih baik, lebih berbelaskasihan, dan lebih berkenan di hadapan Tuhan.