Markus 2:18-22
Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: “Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”
***
Bacaan Injil hari ini mengisahkan percakapan Yesus dengan sejumlah orang mengenai puasa. Ketika Yesus ditanya mengapa murid-murid-Nya tidak berpuasa, Ia menjawab dengan perumpamaan yang menyebut-nyebut tentang “menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua” dan “mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua”.
Jawaban Yesus tersebut mengandung ajaran mendalam tentang pembaruan yang dibawa-Nya ke dunia ini, yakni cara hidup baru yang tidak bisa dicampur dengan kebiasaan atau tradisi lama yang hanya berfokus pada ritual-ritual formal yang tidak mengubah hati. Puasa, misalnya. Praktik kesalehan ini bukan merupakan tujuan dalam hidup beriman, melainkan sarana untuk menghadirkan sukacita dan relasi yang hidup dengan Tuhan. Yesus menunjukkan bahwa Dialah sumber sukacita sejati yang datang untuk mengubah hidup manusia dari dalam.
Kain baru tidak dapat digunakan menambal pakaian lama, demikian pula anggur yang baru tidak bisa dimasukkan ke dalam kantong kulit yang tua, sebab hal itu akan merusak keduanya. Yesus membawa Injil baru, cara hidup baru yang melampaui hukum-hukum lama, dan yang menuntut kita untuk hidup dalam kasih dan kebenaran dengan hati yang terbuka terhadap pembaruan yang datang dari-Nya.
Melalui bacaan Injil hari ini, kita diingatkan untuk tidak semata-mata mengutamakan rutinitas dalam hidup beragama, tetapi harus sungguh-sungguh melaksanakannya dari hati, sehingga kita mengalami perubahan dan pertobatan. Dalam dunia yang serba cepat dan materialistis sekarang ini, orang sering kali terjebak dalam rutinitas dan formalitas. Mereka rajin berdoa dan pergi ke gereja, tetapi bisa jadi hatinya tidak benar-benar terhubung dengan Tuhan. Yesus mengingatkan kita bahwa hubungan kita dengan Tuhan harus lebih dari sekadar mengikuti aturan. Suatu aturan perlu dilaksanakan dengan kesadaran bahwa itu merupakan sarana untuk berelasi dengan Tuhan, sehingga dengannya kita dapat sungguh mengalami kehadiran-Nya dalam kasih.
Marilah kita memohon rahmat Tuhan, agar mampu membiarkan hati kita dipenuhi oleh sukacita sejati dari-Nya dan tidak terjebak pada rutinitas agama yang kosong. Mari kita dengan berani bertransformas, yakni dengan membuka hati kita pada kasih dan pengampunan Tuhan, sehingga kita dikuatkan untuk membawa pembaruan kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian, kita menjadi kantong baru untuk anggur yang baru, menjadi pengikut Kristus yang membawa pembaruan bagi dunia yang semakin membutuhkan kasih Tuhan.