Lukas 5:12-16
Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat menahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
***
Hari ini Yesus dikisahkan berjumpa dengan seorang yang mengidap penyakit kusta. Kusta yang dimaksud menunjuk pada penyakit kulit berat, yang di satu sisi menjijikkan, di sisi lain dinilai menajiskan. Dalam dunia Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, inilah kiranya penyakit yang paling mengerikan. Meskipun tidak mematikan, penyakit ini susah disembuhkan, terkecuali kalau Tuhan turun tangan. Orang yang terkena penyakit ini memang dianggap sedang dijatuhi hukuman oleh Tuhan atas dosa yang dilakukannya, sehingga kesembuhan dipandang hanya mungkin terjadi atas kehendak Yang Ilahi.
Betapa malang orang yang terkena kusta. Dia menderita secara lahir dan batin. Secara lahir, tubuhnya dirusak oleh penyakit yang sangat berbahaya dan sangat menular. Secara batin, hatinya dihancurkan oleh tuduhan bahwa dia adalah seorang yang berdosa berat, seorang yang sedang dihukum Tuhan, dan seorang yang najis. Itu semua membuat dirinya harus tinggal terasing di luar permukiman penduduk. Karena takut ketularan, masyarakat menolak dia dan menyingkirkannya.
Akan tetapi, Yesus menunjukkan sikap yang berbeda. Ia tidak keberatan dijumpai oleh seorang kusta. Menanggapi permohonan orang itu, Yesus melakukan dua hal yang tidak disangka-sangka. Pertama, Ia mengulurkan tangan dan menjamah orang tersebut. Ini mengejutkan karena yang dilakukan Yesus itu dilarang oleh hukum Taurat. Orang najis tidak boleh didekati, apalagi disentuh, sebab hal itu akan membuat orang yang melakukannya tertular kenajisan. Hukum yang memutuskan relasi antarmanusia itu didobrak oleh Yesus. Dengan menyentuh orang kusta itu, Yesus tidak tertular kenajisan, tetapi justru dengannya, Ia menahirkan orang itu. Orang sakit jangan dijauhi, tetapi harus diobati! Orang menderita jangan diasingkan, tetapi harus dibantu!
Kedua, Yesus berkenan memulihkan orang itu. Ia berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Perhatikan bahwa Ia tidak mengatakan “sembuh”, tetapi “tahir”. Ini berarti pemulihan orang itu tidak hanya menyangkut jasmaninya saja, tetapi juga rohaninya. Oleh Yesus, jiwa dan raga orang itu dipulihkan sepenuhnya secara total. Bukan saja ia sembuh dari kusta yang dideritanya, kenajisannya pun disingkirkan, sehingga ia kembali menjadi anggota umat Allah.
Belas kasihan Tuhan kepada manusia dengan tegas digarisbawahi dalam kisah ini. Tergerak oleh belas kasihan, Yesus tanpa menunda-nunda berketetapan untuk mengangkat penderitaan orang kusta tersebut saat itu juga. Pemulihan yang terjadi punya makna yang mendalam, sebab dengan ini, Yesus mengembalikan martabat hidup manusia.
Kita semua akrab dengan pengalaman sakit dan terkena penyakit. Ketika sakit, tentunya kesembuhan menjadi harapan kita yang utama. Sakit memang merusak diri kita dan membuat hidup kita menderita. Yang terdampak tidak hanya tubuh kita, tetapi juga mental kita. Gara-gara sakit, lebih lagi kalau sakit itu tergolong berat, semangat dan keceriaan menghilang dari hidup kita, berganti dengan kesedihan, air mata, dan perasaan putus asa.
Bacaan Injil hari ini mengajak kita yang sakit untuk datang kepada Yesus. Mari kita memohon pemulihan kepada-Nya. Pengalaman orang kusta yang kita dengarkan hari ini menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah tinggal diam ketika berhadapan dengan orang-orang yang menderita. Dia adalah Tuhan yang selalu mau menahirkan. Pemulihan yang dihadirkan-Nya tidak pernah setengah-setengah, tetapi selalu total, utuh, dan menyeluruh. Mari kita memercayakan keadaan kita, sakit kita, penderitaan kita, dan keseluruhan hidup kita kepada-Nya. Kita tidak akan pernah dikecewakan oleh-Nya.