Tuhan Tidak Pernah Tinggal Diam

Rabu, 8 Januari 2025 – Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan

46

Markus 6:45-52

Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.

***

Bacaan Injil hari ini menampilkan mukjizat yang sangat terkenal, yakni Yesus yang berjalan di atas air. Peristiwa ini terjadi tepat sesudah Yesus melakukan mukjizat yang mengagumkan lainnya, yakni menggandakan roti dan ikan guna memberi makan lima ribu orang.

Sesudah mengenyangkan ribuan orang dengan roti dan ikan yang jumlahnya melimpah, Yesus memerintahkan para murid agar pergi mendahului-Nya ke Betsaida. Ia ingin menyendiri untuk berdoa. Menaati perintah tersebut, para murid menyeberangi danau dengan naik perahu. Akan tetapi, di tengah danau, perahu itu diterjang badai besar. Dengan susah payah, para murid berusaha mendayung agar terlepas dari badai itu. Hidup mereka terancam karena perahu yang mereka tumpangi bisa saja hanyut dan tenggelam. Yesus yang melihat hal itu dari daratan tidak tinggal diam. Guna mengulurkan bantuan, Dia bergegas menyeberangi danau dengan berjalan di atas air!

Tindakan Yesus ini menunjukkan bahwa diri-Nya adalah gembala yang tidak ingin kawanan-Nya binasa. Setelah menyelamatkan ribuan orang dari bahaya maut akibat kelaparan, sekarang Ia menyelamatkan murid-murid-Nya sendiri dari bahaya maut akibat tenggelam. Yesus adalah gembala yang berbelas kasihan, yang siap mengulurkan tangan untuk membantu orang-orang yang menderita. Bahwa Ia datang jam tiga dini hari, ini menunjukkan bahwa Tuhan selalu siap menolong manusia kapan pun. Hidup kita senantiasa aman bersama-Nya, sebab Ia menjaga kita setiap waktu.      

Akan tetapi, yang lebih disorot dalam perikop ini sesungguhnya adalah reaksi para murid. Kedatangan Yesus tidak mereka sambut dengan sukacita, tetapi dengan rasa takut. Mereka tidak mengenali Dia, dan malah mengira sedang melihat hantu. Sikap ini menunjukkan kegelapan iman mereka. Sangat disayangkan bahwa meskipun sudah menyertai Yesus melayani di berbagai tempat, sudah mendapatkan ajaran-ajaran dari-Nya, sudah pula melihat mukjizat-mukjizat yang dikerjakan-Nya, para murid masih saja belum mengenali siapa Yesus sebenarnya dan belum memiliki iman yang kokoh kepada-Nya.

Sikap para murid tersebut bisa jadi mewakili sikap kebanyakan dari kita. Sebagai orang Katolik, kita ternyata belum benar-benar mengenali Dia yang kita imani. Dalam penderitaan dan kesusahan kita, Tuhan hadir untuk menolong dan menopang kita, tetapi kehadiran-Nya itu tidak kita sadari, sehingga kita menjadi kecewa kepada-Nya dan menuduh-Nya tidak peduli. Mari kita membuka mata hati agar mampu merasakan kehadiran dan pertolongan Tuhan dalam berbagai rupa dan cara, misalnya melalui tangan-tangan sesama di sekitar kita. Tuhan yang menciptakan kita senantiasa mengasihi kita. Ia tidak pernah tinggal diam ketika kita terancam bahaya.