Saling Mengasihi Sesuai Perintah Kristus

Senin, 6 Januari 2025 – Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan

51

1 Yohanes 3:22 – 4:6

Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.

Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia. Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka. Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.

***

Sebagai bacaan pertama hari ini, kita mendengarkan nasihat dari Surat 1 Yohanes. Nasihat ini disampaikan oleh sang penulis untuk memberikan keyakinan kepada jemaat yang terancam mengalami perpecahan. Ia meneguhkan dan mengarahkan jemaat agar berpegang teguh pada iman mereka di tengah banyaknya ketidakpastian dalam hidup ini. Apa yang disampaikannya mengingatkan kita pada ajaran Yesus mengenai hukum yang paling utama. Inti sari hukum Taurat, demikian Yesus menegaskan, adalah: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu … Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:37-39).

Hanya kalau kita memiliki kasih dan mewujudkannya secara nyata, kita layak menyebut diri kita sebagai anak-anak Allah, sebagai murid-murid Yesus, juga sebagai orang-orang yang berasal dari kebenaran. Dengan itu pula, kita hidup dalam persekutuan dengan Dia, alih-alih dalam kegelapan. Sebaliknya, jika kasih dalam diri kita ternyata sebatas kata-kata belaka, semata-mata teori yang berbanding terbalik dengan tingkah laku kita sehari-hari, sesungguhnya kita tidak hidup dalam kebenaran, tetapi masuk dalam kelompok para pendusta.

Kita harus mengasihi sesama seperti mengasihi diri kita sendiri. Orang lain harus kita kasihi dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka. Itulah yang dikehendaki Tuhan, yakni agar kita hidup dalam persekutuan dengan sesama dan agar kita bersama-sama hidup dalam persekutuan dengan-Nya. Masuk dalam persekutuan dengan Allah tentu tidak mudah, sebab kita ini manusia yang penuh dengan kekurangan. Namun, hal yang tidak mungkin itu dimungkinkan oleh Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memampukan dan menjadikan kita layak untuk hidup dalam kesatuan dengan Allah Tritunggal.

Relevansi nasihat yang kita dengarkan hari ini tidak akan pudar ditelan waktu. Kita diajak untuk mengingat bahwa orang-orang yang ada di sekitar kita adalah saudara-saudari kita. Kepada musuh saja kita mengasihi, apalagi kepada saudara-saudari kita sendiri. Bahwa seseorang berbeda pendapat dengan kita, jangan lalu membuat kita berkesimpulan bahwa dia menentang kita, bahwa dia tidak sejalan dengan kita, dan bahwa dia patut kita benci. Di dalam Yesus, perbedaan pendapat semestinya tidak memecah belah umat, tetapi justru memperkaya, sebab dari pendapat yang berbeda-beda itu bisa dipilih pendapat yang terbaik bagi kepentingan bersama. Kasihilah saudara-saudari kita. Tuhan menghadirkan mereka di sekitar kita agar kita dapat saling menopang dan saling membantu, sehingga bersama-sama kita dapat merasakan kasih dan kehadiran-Nya.