Menua Bersama Allah

Senin, 30 Desember 2024 – Hari Keenam dalam Oktaf Natal

56

Lukas 2:36-40

Lagi pula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.

***

Saya mengenal seorang simpatisan salah satu kongregasi di Indonesia yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk pelayanan Gereja. Dia memilih untuk mengucapkan kaul sebagai tanda kesetiaannya. Demi pelayanan jiwa-jiwa, dia tidak menikah seumur hidup. Meski sejak muda memiliki kesehatan yang kurang prima dan sering sakit, dia diberi anugerah umur panjang. Belum lama ini, dia meninggal pada usia 69 tahun. Orang ini menua bersama Allah dalam pelayanan untuk Gereja. Sejumlah orang lain juga rela menghabiskan waktu hidup mereka untuk mengabdi Allah dan sesama bersama Gereja. Santa Teresa dari Avila bahkan berkata, “Solo Dios Basta!”, yang berarti: Tuhan saja cukup!

Injil Lukas hari ini berkisah tentang seorang nabiah bernama Hana yang sudah berusia 84 tahun. Diceritakan bahwa dia menikah selama 7 tahun, dan kemudian menjanda. Sisa hidupnya dihabiskan untuk melayani di Bait Allah. Dia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Sang nabiah menantikan kedatangan Mesias. Ketika melihat Yesus, dia sangat bersyukur kepada Allah dan bersaksi tentang-Nya. Hana menua bersama Allah, dan bahagia melayani di rumah Tuhan. Tuhan saja cukup baginya. Penantiannya membuahkan berkat, sukacita, dan syukur.

Santo Agustinus pernah berkata, “Engkau telah mencipta kami bagi diri-Mu, dan hati kami tidak tenteram sebelum beristirahat di dalam Engkau.” Tidak ada yang lebih menenangkan daripada berada bersama Tuhan. Banyak orang bersaksi bahwa mereka merasa ada yang kurang jika tidak menghadiri Ekaristi. Kerinduan terdalam manusia adalah tinggal bersama Allah dan menikmati kasih-Nya.

Natal adalah tanda kasih Allah yang mau tinggal bersama kita semua, anak-anak-Nya yang terkasih. Mari kita jadikan perayaan Natal ini sebagai saat untuk menguatkan tekad untuk tinggal dan menua bersama Allah dalam doa, Ekaristi, dan amal kasih kepada sesama. Seperti Hana yang penantiannya berbuah berkat, sukacita dan syukur, hal yang sama akan dialami oleh kita semua yang setia mencari Allah, bahagia berada dekat dengan-Nya, serta mau menua bersama Yesus, sang Imanuel.