Pendidikan Rohani dalam Keluarga

Minggu, 29 Desember 2024 – Pesta Keluarga Kudus Yesus, Maria, Yusuf

38

Lukas 2:41-52

Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.

Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.

***

Saat pembaptisan, orang tua selalu diminta untuk mendidik anak-anak mereka secara Katolik. Saya mengutip kata-kata imam dalam buku upacara pembaptisan Katolik: “Ibu dan bapak yang saya hormati, kamu minta supaya anakmu diterimakan Sakramen Pembaptisan. Dengan demikian, kamu menyatakan diri bersedia untuk mendidik anakmu dalam iman kita.” Imam melanjutkan: “Dia harus belajar mengasihi Allah dan sesama menurut contoh yang diberikan Kristus kepada kita.” Kata-kata ini mengandaikan bahwa orang tua harus menanamkan iman Katolik yang dalam kepada anak-anak, termasuk memperhatikan kehidupan rohani atau kehidupan doa mereka. Pertanyaannya, sejauh mana orang tua masih menjalankan kewajiban membina iman, terutama hidup rohani, anak-anak mereka?

Hari ini kita merayakan Pesta Keluarga Kudus. Diceritakan oleh Lukas bahwa pada usia 12 tahun, Yesus dibawa oleh orang tua-Nya ke Bait Allah di Yerusalem. Menurut tradisi Yahudi, seorang anak memiliki tiga guru. Guru pertama adalah ibunya yang mengasuh si anak sampai disapih. Setelah itu, pendidikan diserahkan kepada guru kedua, yaitu ayahnya, sampai si anak berusaha 12 atau 13 tahun. Pada usia ini, seorang anak dianggap sudah memasuki masa dewasa. Ia akan dididik oleh guru ketiga, yaitu Taurat sendiri. Ia wajib memahami dan hidup menurut ajaran hukum Taurat. Di Bait Allah biasanya ada kelompok-kelompok pembelajaran Taurat.

Itu sebabnya Yesus di Bait Allah sibuk bersoal jawab dengan guru-guru Taurat sampai lupa pulang bersama orang tua-Nya. Rasa ingin tahu-Nya terhadap Taurat sangat besar. Pada bagian akhir dari Injil dikatakan: “Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Ia mampu menghidupi hukum Taurat bukan sekadar sebagai aturan, melainkan sebagai sarana untuk makin mendekatkan diri-Nya pada Bapa dan sesama manusia. Yesus yang dibiasakan untuk datang ke Bait Allah dan belajar Taurat memiliki pemahaman iman yang benar dan menghayatinya dengan sungguh, sehingga makin dikasihi Allah dan sesama.

Pada Pesta Keluarga Kudus kali ini, alangkah baiknya jika keluarga-keluarga Katolik mengingat kembali komitmen mereka saat pernikahan dan saat pembaptisan anak-anak mereka untuk mendidik anak-anak tersebut sesuai dengan iman Katolik. Pendidikan iman atau hidup rohani yang baik dan benar perlu menjadi perhatian orang tua jika ingin anak-anak mereka hidup sebagai pribadi yang hebat, yaitu yang makin dikasihi Allah dan sesama. Di tengah zaman yang semakin menantang orang untuk keluar dari kedalaman dirinya, pendidikan rohani dalam keluarga menjadi landasan penting bagi pertumbuhan anak agar menjadi dewasa dalam iman dan kepribadian. Belajarlah dari Keluarga Kudus. Mari kita memberikan waktu untuk mendidik anak-anak kita dengan pendidikan rohani dan moral yang baik.