Apakah yang Harus Kami Perbuat?

Minggu, 15 Desember 2024 – Hari Minggu Adven III

56

Lukas 3:10-18

Orang banyak bertanya kepadanya: “Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?” Jawabnya: “Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.” Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: “Guru, apakah yang harus kami perbuat?” Jawabnya: “Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu.” Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: “Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?” Jawab Yohanes kepada mereka: “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.”

Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripada aku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.”

Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak.

***

Penginjil Lukas menampilkan tiga kelompok berbeda untuk menjelaskan tindakan nyata dari pertobatan. Pertama, orang banyak, yakni orang-orang secara umum, tanpa melihat posisi, status, dan pekerjaan mereka. Kedua, para pemungut cukai, yakni orang-orang yang dipandang berdosa dan tercela di mata masyarakat. Ketiga, para prajurit, yakni orang-orang yang memiliki kuasa. Warta pertobatan yang disampaikan Yohanes Pembaptis membuat orang-orang itu bertanya: Secara konkret, apa yang sebenarnya harus mereka lakukan sebagai wujud tobat? Yohanes memberikan jawaban dengan jelas.

Kepada kelompok orang banyak, Yohanes memberikan pesan sederhana yang bisa kita rangkum dengan satu kata: Berbagi. Bagi mereka yang memiliki makanan dan pakaian, bagilah makanan dan pakaian itu kepada yang tidak memiliki. Itulah inti pertobatan. Tidak perlu teori yang rumit dan perencanaan yang hebat, pertobatan bisa dilakukan cukup dengan aksi sederhana dan nyata. Semangat berbagi ini selalu ditunjukkan oleh Yesus. Dia berbagi pengajaran kepada orang banyak, juga roti dan ikan kepada mereka yang kelaparan. Pada akhirnya, Dia berbagi tubuh, darah, dan hidup-Nya agar kita juga dapat memiliki hidup.

Karena ingin dibaptis, kelompok kedua yang terdiri atas pemungut-pemungut cukai sebenarnya sudah menuju ke jalan pertobatan. Kepada mereka, sesuai dengan profesi mereka yang sering kali membuat mereka jatuh dalam dosa, Yohanes memberikan pesan agar jangan tamak, jangan serakah, jangan curang, dan jangan berbuat tidak adil dengan mengambil apa yang bukan menjadi hak mereka. Pertobatan bukan sekadar mengaku salah dan meminta maaf. Pertobatan adalah sikap batin yang mau berbalik dari kesalahan dan dosa, serta mulai menata hidup selaras dengan ajaran dan perintah Tuhan.

Kepada kelompok prajurit, orang-orang yang memiliki kuasa dan berpeluang untuk menyalahgunakan fasilitas dan sumber daya masyarakat, Yohanes berpesan agar jangan merampas dan jangan memeras. Ketika seseorang menggenggam kekuasaan, sering kali ia jatuh dalam godaan untuk memakainya sekehendak hati. Tidak jarang kita lihat seorang berkuasa yang merampas hak orang lain, bersikap semena-mena, serta memeras masyarakat dengan menetapkan biaya ini dan itu. Jangan melakukan itu semua, tetapi syukurilah apa yang telah disediakan Tuhan bagi kita.

Siapa pun kita, tidak peduli dari kelompok mana pun kita berasal dan status apa pun yang kita miliki saat ini, kita semua adalah utusan Tuhan untuk melakukan satu hal yang sama, yaitu “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara” (bdk. Yes. 61:1). Karena itulah Allah berkenan hadir dan membiarkan Roh-Nya sendiri ada di dalam diri kita. Jalan pertobatan akan membawa kita menjadi orang yang mau berbagi, berkeadilan, bersyukur, serta menjadi orang yang selalu percaya akan penyertaan Tuhan.