Pertobatan Hati

Minggu, 8 Desember 2024 – Hari Minggu Adven II

78

Lukas 3:1-6

Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.”

***

Dalam bacaan Injil hari ini, kita menyimak seruan Yohanes Pembaptis yang meliputi tiga unsur, yaitu tobat, baptis, dan pengampunan dosa. Tobat bukanlah sekadar penyesalan atas dosa-dosa yang sudah kita lakukan, melainkan suatu perubahan total dan radikal seluruh hati kita. Sementara itu, baptis berarti pembersihan diri dari segala cacat hidup, serta tekad yang baik untuk berdamai dengan Allah. Inilah metanoia atau perubahan total yang dapat mendatangkan pengampunan sejati.

Yohanes Pembaptis tahu bahwa orang Yahudi percaya kepada Taurat. Namun, mereka taat terhadap hukum menurut apa yang tertulis tanpa tahu maksud dan tujuannya. Dalam kenyataan, di tengah masyarakat Yahudi zaman itu merajalela sikap hidup dan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Taurat. Yohanes Pembaptis berseru supaya orang-orang menyiapkan jalan bagi Mesias, meluruskan jalan hidup yang benar. Gunung-gunung kejahatan, jurang-jurang ketidakadilan dan penindasan, serta lika-liku jalan penipuan dan kebohongan, semua itu harus disingkirkan dan diluruskan.

Seruan Yohanes Pembaptis itu ditujukan pula kepada kita. Hendaknya kita semua dibaptis kembali, dalam arti bertobat kembali, agar mendapat pengampunan, sehingga kita sungguh siap dan pantas menerima Yesus, sang Imanuel. Dalam Masa Adven ini, melalui laku rohani dan dengan merenungkan sabda Tuhan, kita mendapatkan petunjuk dan tanda-tanda tentang kedatangan Juru Selamat. Akan tetapi, jangan hanya berhenti menerima informasi belaka, kita semua dituntut untuk melaksanakan transformasi diri seperti disampaikan oleh Yohanes Pembaptis.

Hal itu sejalan dengan pesan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Dilexit Nos atau Dia Telah Mengasihi Kita. Melalui ensiklik tersebut, Paus menyoroti dunia yang sedang mengalami globalisasi superfisialitas yang tidak menyentuh hati. Banyak orang hidup dalam kedangkalan atau hanya di permukaan. Paus menegaskan bahwa hanya hati yang mampu mengharmonisasi semua pengalaman hidup kita, seburuk apa pun itu. Hanya orang yang melihat dengan hati pula yang mampu menangkap hadirnya Imanuel dalam hidup kita.

Di bagian kesimpulan ensiklik, Paus menyatakan, “Di dunia, di mana segala sesuatu dibeli dan dijual, harga diri orang tampaknya semakin tergantung pada apa yang dapat mereka kumpulkan dengan kekuatan uang. Kita terus-menerus didorong untuk terus membeli dan mengonsumsi yang melampaui kebutuhan kita. Kasih Kristus tidak memiliki tempat dalam mekanisme yang sesaat ini, padahal hanya kasih itulah yang dapat membebaskan kita dari pengejaran gila yang tidak lagi memiliki ruang untuk kasih cuma-cuma seperti yang telah kita terima dari Kristus.”

Marilah kita menyiapkan hati untuk menyambut Kristus yang telah mengasihi kita secara cuma-cuma dengan cinta yang paling agung.