Lukas 21:29-33
Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”
***
Seorang ahli pahat akan terlebih dahulu mengambil waktu untuk mengamati dan mempelajari bahan yang akan dipahatnya, entah itu kayu atau batu alam. Dalam proses itu, si pemahat mengamati setiap lekuk dan retakan yang ada. Ia mampu melihat potensi dari bahan kayu atau batu tersebut. Dari lekukan dan retakan bahan itu, dia akan menciptakan sebuah mahakarya.
Kita biasanya tidak jeli dalam melihat potensi kebaikan di balik kegagalan dan ketidaksempurnaan. Dengan segala upaya, kita berjuang untuk menutupi, menyangkal, mengabaikan, dan berandai-andai bahwa ketidaksempurnaan atau kegagalan itu tidak ada dalam hidup kita. Tidak demikian halnya dengan cara Allah dalam melihat ketidaksempurnaan kita. Allah mengajak kita untuk menerima dan belajar dari kegagalan, kelemahan, dan ketidaksempurnaan yang ada. Lebih jauh, Allah membuka mata kita untuk menyadari bahwa di dalam ketidaksempurnaan itu, kemuliaan-Nya semakin nyata.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berbicara mengenai tunas-tunas pohon ara yang mulai bertumbuh. Tunas-tunas itu adalah tanda kehidupan baru yang akan muncul. Dalam perjalanan iman, kita percaya bahwa keparipurnaan kita sebagai ciptaan Allah akan tercapai ketika kita bersatu dengan-Nya. Sekalipun demikian, tanpa perlu menunggu akhir zaman, dalam kehidupan sehari-hari yang sedang kita jalani saat ini, kita bisa bertanya pada diri sendiri: Apakah kita mampu melihat potensi dan bakat yang Tuhan berikan di dalam diri kita? Apakah kita mampu menyadari Allah yang berkarya di dunia yang tampak tidak sempurna dan tidak baik-baik saja ini?
Dalam hidup harian yang tampak tidak sempurna, membosankan, dan hiruk pikuk, perhatian kita mudah luput. Tidak mudah bagi kita untuk menemukan jejak Allah dalam rutinitas kita sehari-hari. Namun, perjalanan pulang yang panjang dari kantor bisa menjadi kesempatan untuk sejenak mendoakan setiap orang yang kita jumpai, yang sedang berjuang dalam hidup mereka masing-masing. Berita-berita yang kita baca bisa menyatukan diri kita dengan keprihatinan dunia. Lelah kita hari ini juga bisa menjadi persembahan bagi Tuhan. Jarak yang memisahkan dengan orang-orang yang kita kasihi bisa menjadi alasan untuk mendoakan mereka. Mari kita memohon rahmat agar kesadaran kita senantiasa terarah pada sang Sabda. Hanya dengan demikian, kita akan mampu menemukan makna di dunia dan di dalam hidup kita yang tidak sempurna ini.