Lukas 19:41-44
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
***
Yesus memasuki Yerusalem dengan penuh kemenangan. Dia masuk dengan mengendarai keledai, menggenapi nubuat Nabi Zakharia (Za. 9:9). Orang-orang menghamparkan pakaian mereka di jalan yang dilalui-Nya. Pada saat itu, mereka akan merayakan Paskah, sebuah pesta untuk menghormati penyelamatan ajaib Tuhan atas bangsa Israel yang mengalami perbudakan di Mesir. Namun, justru pada saat itulah Yesus menangis.
Yesus menangis karena Israel sebagai sebuah bangsa tidak memahami makna di balik peristiwa penyaliban-Nya, yang akan dihadapi-Nya di Yerusalem tidak lama lagi. Salib adalah puncak perjalanan pewartaan Yesus. Sayangnya, berhadapan dengan peristiwa ini, banyak yang gagal memahaminya.
Yesus menangis bukan karena meratapi hidup-Nya. Ia menangis karena meratapi kehidupan manusia, orang-orang yang tidak menerima kebenaran pewartaan-Nya. Memang tidak gampang memahami makna di balik setiap babak kehidupan Yesus. Kita semua diminta untuk membongkar pola pikir kita masing-masing, dan menemukan makna sejati pewartaan Yesus.
Iman menuntut keberanian untuk membongkar pola pikir yang biasa. Kedewasaan iman diukur dengan sejauh mana kita mampu menemukan makna sejati dari setiap peristiwa kehidupan. Setiap peristiwa menyimpan nilai iman yang perlu dihidupi dan diwartakan. Begitu juga dengan peristiwa salib yang sangat penting karena menjadi puncak dari perjalanan kehidupan Yesus. Di salib, Yesus mencurahkan seluruh hidup-Nya, menunjukkan cinta-Nya yang sejati dengan rela mati demi dosa-dosa manusia.