Spiritualitas Hati sebagai Hamba

Selasa, 12 November 2024 – Peringatan Wajib Santo Yosafat

59

Lukas 17:7-10

“Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.”

***

“Inilah yang kupunya, hati sebagai hamba, yang mau taat dan setia pada-Mu Bapa. Ke mana pun kubawa, hati yang menyembah, dalam roh dan kebenaran sampai selamanya.” Lirik lagu Hati sebagai Hamba ini mengingatkan dan sekaligus menyadarkan kita tentang siapakah kita di hadapan Tuhan. Tuhan adalah Allah yang kita sembah dan muliakan. Sebagai seorang hamba, tugas utama kita adalah melayani sang tuan dengan sepenuh hati.

Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengingatkan kita untuk selalu membawa spiritualitas hati sebagai hamba dalam setiap pelayanan kita. Hati sebagai hamba berarti berani menanggalkan diri sendiri demi kepentingan tuannya. Hati sebagai hamba berarti juga tidak memegahkan diri, tidak mencari kepentingan diri, tidak pula sakit hati ketika tidak dipuji dan dihargai. Hati sebagai hamba adalah hati yang mau melayani dengan sungguh-sungguh. Di tengah kecenderungan banyak orang untuk mengejar ambisi, posisi, dan harga diri, Yesus justru mengajak kita untuk merendahkan diri, menjadi hamba dari segala hamba, serta melayani Allah dan sesama dengan sepenuh hati.

Saudara-saudari yang terkasih, Yesus mengajak kita untuk berefleksi: Ketika kita aktif melayani, pelayanan itu demi kemuliaan Tuhan atau demi kemuliaan diri kita sendiri? Semoga hati sebagai hamba menjadi spiritualitas setiap pelayanan kita. Pelayanan kita hendaknya semata-mata diperuntukkan bagi kemuliaan Tuhan. Santo Yosafat, uskup dan martir yang kita peringati hari ini, menjadi teladan kita akan hidup yang tidak mementingkan diri sendiri, tetapi yang dibaktikan bagi Tuhan dan persatuan Gereja.