Menerima atau Menolak Undangan Tuhan

Selasa, 5 November 2024 – Hari Biasa Pekan XXXI

73

Lukas 14:15-24

Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.”

***

Ketika sedang menikmati hidangan dalam sebuah perjamuan, ada orang yang berkata kepada Yesus, “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.” Yesus menanggapi pernyataan ini dengan cara yang tidak biasa. Ia menceritakan sebuah perumpamaan tentang seseorang yang mengadakan perjamuan besar dan mengundang banyak orang. Orang itu menyuruh hamba-hambanya pergi untuk mengundang para tamu agar datang dan menikmati perjamuan. 

Akan tetapi, respons yang diterima tidak sesuai dengan yang diharapkan. Orang-orang yang diundang tidak mau datang dengan berbagai alasan, seperti baru membeli ladang, baru membeli lembu, dan baru menikah. Tidak diketahui apakah alasan-alasan itu benar ataukah hanya dibuat-buat supaya tidak perlu menghadiri perjamuan.

Mendengar penolakan itu, sang tuan rumah pun menjadi sangat marah. Dia lalu menyuruh hamba-hambanya untuk mengundang orang miskin, lumpuh, buta, dan timpang ke perjamuannya. Para hamba melakukannya dan banyak orang yang datang. Namun, karena masih ada ruang untuk lebih banyak tamu, para hamba diperintahkan untuk pergi ke jalan raya dan jalan-jalan kecil dan mengundang setiap orang yang mereka temui ke perjamuannya. Ia bertekad untuk memenuhi rumahnya dengan banyak tamu.

Yesus tentu saja tidak sekadar menyampaikan sebuah perumpamaan. Dia sedang berbicara kepada kita yang sering menolak undangan-Nya dengan berbagai alasan. Hari ini, Yesus ingin duduk semeja dan berbicara dengan kita. Ia ingin memecah-mecahkan roti dan berbagi anggur dengan kita dalam perayaan Ekaristi. Bagaimana kita menanggapi undangan-Nya tersebut? Apakah kita juga akan mencari-cari alasan untuk menolak-Nya? Ataukah kita menerima dan menghadiri undangan-Nya dengan sukacita, serta menikmati perjamuan bersama-Nya dalam perayaan Ekaristi?