Matius 5:1-12a
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga.”
***
Sudahkah kita kudus? Mengapa Gereja mengajak kita merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus? Merenungkan hari raya ini, saya mengenang momen saat berada di Filipina. Setiap tanggal 31 Oktober hingga 2 November, orang Filipina umumnya mendatangi makam keluarga mereka masing-masing untuk berdoa. Yang menarik perhatian saya, di pemakaman, masing-masing keluarga makan bersama, mendirikan tenda, bahkan tidur di situ. Bagi mereka, tempat itu seakan-akan bukan pemakaman, melainkan tempat perayaan. Dari situ, saya belajar bahwa kekudusan dan kematian berjalan seiring. Antara yang hidup dan yang sudah tiada berada di jalur yang sama, di mana semua saling terhubung dan saling membutuhkan. Tidak ada yang terputus.
Dua hari ini, yaitu tanggal 1 dan 2 November, kita bersama diajak oleh Gereja untuk mengingat dan belajar bahwa kekudusan adalah panggilan utama kita. Doa bagi saudari-saudara yang telah berpulang, yang akan kita panjatkan esok hari, adalah cara dan upaya kita menjalin kesatuan di dalam kekudusan.
Paus Fransiskus pernah mengatakan bahwa panggilan utama kita adalah menjadi kudus. Menjadi kudus bisa dilakukan dengan hal sederhana di dalam hidup harian kita, misalnya bekerja demi buah hati dan keluarga, membantu dan menghormati orang tua, juga bersikap diam ketika orang-orang di sekitar kita sibuk bergosip mengobral aib orang lain. Kekudusan bisa dicapai melalui sesuatu yang kecil dan sederhana, namun dilakukan dengan setia.
Dari orang-orang kudus yang kita rayakan hari ini, kita belajar untuk memiliki iman yang teguh, kasih yang tulus, dan harapan yang tak tergoyahkan. Hari raya ini juga mengajak kita untuk memotivasi diri sendiri bahwa kita pun dipanggil menjadi serupa dengan mereka. Mereka memperoleh kebahagiaan sejati bukan dengan harta, tahta, dan kuasa, melainkan dengan mengikuti teladan Yesus. Yesus adalah cermin kita. Semakin menyerupai Dia, semakin dekat kita dengan kekudusan.
Pertanyaan untuk refleksi: Apakah kita sudah mengikuti jalan kekudusan? Untuk membantu memaknai hari raya ini, mari kita bertanya: Siapakah orang kudus yang menjadi inspirasi kita? Mengapa? Bagaimana nilai-nilai yang diyakini orang kudus itu kita hidupi dalam kehidupan sehari-hari? Hal apa yang kita harapkan setelah kematian?