Membaca Tanda-Tanda Zaman

Jumat, 25 Oktober 2024 – Hari Biasa Pekan XXIX

70

Lukas 12:54-59

Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?

Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar utangmu sampai lunas.”

***

Kita berada di era digital. Salah satu ciri khas era ini adalah ketidakpastian yang disebabkan oleh perubahan yang cepat dan tidak terduga, yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol. Kita perlu berpikir kritis dan kreatif agar tidak berada dalam kebimbangan dan ketidakpastian. Kita juga perlu bersikap fleksibel dan adaptif sebagai upaya menghadapi perubahan yang cepat.

Sudah sejak dahulu, Yesus menghendaki agar para murid-Nya peka dan mampu membaca tanda-tanda zaman. Yang dimaksud bukan hanya tanda-tanda alam, melainkan juga tanda-tanda sosial. Hal ini terkandung dalam pertanyaan kritis Yesus, “Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?” Yesus tidak menghendaki bahwa para murid bimbang dan tergerus oleh waktu. Mereka harus mampu beradaptasi dan bersikap kreatif. Pesan ini terkandung dalam cerita yang disampaikan-Nya tentang usaha berdamai.

Membaca tanda-tanda zaman membutuhkan kemampuan berefleksi yang tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga spiritual. Hendaknya kita tidak sekadar menganalisis situasi sosial, tetapi juga berusaha untuk menemukan kehendak ilahi yang tersembunyi di balik realitas yang kompleks. Hal ini membutuhkan kedalaman berpikir dan kedalaman iman. Karena itu, marilah kita membuka diri pada bimbingan Roh Kudus. Semoga hati dan budi kita diterangi, sehingga kita memiliki pengenalan yang benar dan mampu bersikap dengan tepat. Tuhan memberkati kita.