Memaknai Kembali Arti Melayani

Minggu, 20 Oktober 2024 – Hari Minggu Biasa XXIX

57

Markus 10:35-45

Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?” Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.” Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.”

Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

***

Ada beberapa orang yang suka sekali melayani, namun sering kali pada saat yang sama mereka menjadi batu sandungan bagi komunitasnya. Di dalam kegiatan pelayanan, mereka sungguh tampil all-out. Namun, di luar kegiatan pelayanan, kata-kata mereka lebih banyak menyakiti. Tindakan-tindakan mereka cenderung menimbulkan perpecahan. Kalau berhadapan dengan kenyataan seperti ini, kita perlu untuk merenungkan kembali arti pelayanan, bukan menghakimi pelayan-pelayan tersebut.

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa pelayanan sering kali dimengerti sebagai kegiatan atau event tertentu semata. Dampaknya, kata “pelayan” juga sebatas peran di panggung layaknya karakter dalam sebuah film. Dalam keseharian, karakter pelayan itu ditanggalkan. Di sisi lain, tidak jarang terdapat motivasi yang tidak murni atau agenda tersembunyi di balik suatu pelayanan. Hal inilah yang merusak makna pelayanan.

Yesus mengajarkan kita untuk melihat pelayanan sebagai identitas diri. Ia bersabda, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” Sabda Yesus ini mengingatkan kita bahwa kita ini adalah pelayan-pelayan. Di mana pun kita berada, kita semestinya melayani orang lain, bukan hanya saat kegiatan tertentu saja. Kita juga perlu selalu wawas diri supaya terhindar dari agenda tersembunyi yang merusak diri kita sebagai pelayan.

Saudara-saudari terkasih, marilah kita belajar untuk melayani dengan tulus seperti Tuhan Yesus. Ia menyatakan dengan jelas bahwa salah satu misi kedatangan-Nya ke dunia ini adalah melayani. Marilah kita ambil bagian dalam misi Kristus tersebut. Tuhan memberkati kita.