Membunuh Nabi

Kamis, 17 Oktober 2024 – Peringatan Wajib Santo Ignatius dari Antiokhia

71

Lukas 11:47-54

“Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”

Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.

***

Nabi adalah orang yang diutus Allah. Mereka menerima pesan ilahi dan diilhami oleh Roh Kudus. Mereka menyampaikan pesan itu kepada umat pada zamannya masing-masing melalui tanda-tanda maupun kata-kata. Apa yang mereka sampaikan tidak semuanya kata-kata manis yang menghibur. Sering kali mereka menyampaikan kata-kata atau tanda-tanda yang sulit diterima, bahkan kata-kata yang merupakan kritikan tajam.

Karena itu, nubuat para nabi sering kali membuat pendengarnya merasa tidak nyaman. Nubuat mereka tidak jarang menyakitkan, memalukan, sampai membuat telinga merah. Apa konsekuensinya? Sebagaimana dikatakan oleh Yesus, “Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya.”

Orang-orang yang sakit hati membungkam nabi pada zamannya. Mereka tidak segan mengutuk, memfitnah, mendiskreditkan, bahkan sampai membunuh utusan-utusan Allah. Anehnya, ketika suara nabi sudah tidak terdengar, mereka mulai membangun tugu-tugu peringatan untuk nabi-nabi itu, orang-orang yang dibunuh oleh mereka sendiri. Mendiang para nabi mereka hormati karena tidak akan mengganggu kepentingan mereka lagi.

Pada zaman ini, kita juga mempunyai banyak nabi. Salah satu contohnya adalah Ibu Teresa. Selama hidupnya, ia menyuarakan, sekaligus menunjukkan perhatian yang sangat konkret terhadap orang-orang miskin di India. Tindakan ini membuat risi banyak orang. Mereka yang kaya merasa terusik dan terganggu, sebab kemapanan mereka seolah-olah dikritik oleh Ibu Teresa. Namun, ketika beliau meninggal, berbagai hal dibuat untuk mengenang beliau. Masalahnya, siapa yang mengindahkan kata-kata dan sikap kenabian Ibu Teresa, yaitu memberi perhatian kepada orang-orang miskin secara tulus?

Paus Fransiskus mengatakan bahwa salah satu bahaya zaman sekarang adalah melihat sesuatu sebagai hal yang biasa. Kerusakan lingkungan, membuang-buang makanan, mengabaikan orang miskin, dan korupsi dilihat sebagai hal yang biasa. Kita harus bersikap kritis. Jangan membenarkan yang biasa dilakukan, tetapi biasakanlah melakukan yang benar. Tidak cukup bagi kita untuk membangun tugu-tugu peringatan bagi orang-orang kudus. Yang lebih penting adalah melaksanakan ajaran-ajaran mereka.