Lukas 9:18-22
Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah.” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun.
Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
***
Anggapan umum tentang Yesus sebagai Yohanes Pembaptis atau seorang nabi yang hidup kembali juga sampai ke telinga para murid-Nya. Mereka melaporkan hal itu saat Yesus bertanya, “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” Yesus menanyakan hal ini setelah Ia berdoa seorang diri yang menunjukkan keheningan dan kedalaman relasi-Nya dengan Bapa. Ternyata Yesus dikenal secara kurang mendalam oleh orang banyak. Karena itu, Ia ingin jawaban dari mereka yang selama ini sudah cukup mengenal Dia dengan mendengar pengajaran-Nya dan menyaksikan tindakan-Nya. Mungkinkah jawaban mereka lebih mendalam dari orang banyak?
Petrus, seperti biasa, menjadi juru bicara rekan-rekannya. “Mesias dari Allah,” demikian ia berkata. Yesus lebih dari sekadar nabi yang sudah dikenal dalam tadisi Yahudi. Dialah Raja Penyelamat, Mesias yang dijanjikan dan sekarang diutus Allah untuk membebaskan umat-Nya. Bukannya memuji Petrus, Yesus malahan melarang mereka menyebarkan hal itu. Arti yang penuh tentang “Mesias dari Allah” masih harus dipenuhi lewat sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya. Potensi salah paham yang mengagungkan Yesus sebagai pemimpin dan pembebas politis sangat tinggi. Karena itulah ada perintah untuk diam.
Yesus lebih suka memperkenalkan diri-Nya sebagai Anak Manusia yang menderita, ditolak, dibunuh oleh manusia, tetapi dibangkitkan oleh Allah. Itulah jalan yang harus ditempuh oleh Mesias dari Allah, bukan Mesias dari manusia atau Raja Penyelamat versi dunia. Kalau kita hanya meneriakkan “Kristus jaya” tetapi melupakan komitmen untuk memperjuangkan kasih dan keadilan, kita sebenarnya mengimani Mesias duniawi, bukan Mesias dari Allah!