Kita Semua Dipanggil

Sabtu, 21 September 2024 – Pesta Santo Matius

14

Matius 9:9-13

Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

***

Hari ini Gereja merayakan Pesta Santo Matius. Nama “Matius” berarti “karunia Tuhan”. Dalam bacaan Injil hari ini, kita mendengarkan tentang kisah panggilan Matius. Yesus dikisahkan mengetahui kehidupan Matius yang penuh dosa dan memanggilnya kepada cara hidup yang baru. Sebagai seorang pemungut cukai, pada saat itu Matius memang dianggap sebagai orang berdosa. Pekerjaannya dipandang tidak terhormat. Ia dianggap sebagai pengkhianat karena pajak yang dipungutnya dibayarkan kepada Kekaisaran Romawi. Orang-orang tidak ada yang mau bersahabat dengan para pemungut cukai.

Akan tetapi, ketika berjumpa dengan dia, Yesus memanggil Matius untuk menjadi salah seorang murid-Nya. Matius seperti menemukan sebuah oase ketika mendengar undangan Yesus, “Ikutlah Aku.” Selanjutnya, tanpa banyak tanya, ia meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Sikap ini merupakan penyerahan diri Matius yang luar biasa.

Lebih jauh, Matius mengundang Yesus ke rumahnya untuk makan bersama. Orang Yahudi umumnya hanya mengundang teman dan kerabat terdekat untuk makan di rumahnya. Tindakan Matius tersebut merupakan tanda keakraban, persahabatan, dan kasih. Bisa jadi ini merupakan cara dia untuk menunjukkan rasa terima kasihnya kepada Yesus karena telah membersihkan dia dari segala citra buruk yang menyedihkan, sehingga dia akhirnya menemukan kebahagiaan sejati.

Dari Matius, kita belajar bahwa mengikut Yesus menuntut kita untuk melepaskan diri dari banyak hal. Matius meninggalkan kehidupan lamanya untuk memeluk cara hidup yang baru bersama Yesus. Sikap Matius memberikan contoh kepada kita tentang bagaimana kita harus menanggapi panggilan Allah. Mengikut Yesus menuntut kita untuk meniru pola hidup-Nya, tidak hanya sekadar berjalan mengikuti Dia. 

Panggilan Matius menegaskan kepada kita bahwa pada dasarnya kasih karunia dan belas kasihan Tuhan berlaku bagi semua orang. Tuhan tidak pernah bersikap pilih kasih. Belas kasihan-Nya melampaui pola pikir manusia. Kita yang berdosa ini selalu diberi-Nya kesempatan untuk kembali ke jalan-Nya. Kendati kita sering jatuh ke dalam dosa, Tuhan tidak pernah kehilangan harapan-Nya pada diri kita masing-masing. Ia juga menghendaki kita untuk ikut ambil bagian dalam menyebarkan sukacita kasih-Nya ke tengah dunia.