Lukas 6:39-42
Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?
Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
***
Yesus kali ini mengajarkan kita tentang pentingnya kerendahan hati, introspeksi, dan kehati-hatian dalam menghakimi orang lain. Melalui perumpamaan tentang orang buta yang menuntun orang buta, serta ilustrasi tentang balok dan selumbar di mata, Yesus mengungkapkan beberapa prinsip penting bagi kehidupan kita sebagai pengikut-Nya.
Jangan menjadi pemimpin yang buta. “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?” Dengan pertanyaan ini, Yesus mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menuntun orang lain. Jika kita sendiri tidak memiliki pandangan yang jelas tentang kebenaran, bagaimana kita dapat memimpin orang lain ke jalan yang benar? Perumpamaan ini mendorong kita untuk terus memperdalam hubungan kita dengan Tuhan, agar kita memiliki kebijaksanaan dan pengertian yang sejati. Sebagai pemimpin atau pembimbing, entah itu di rumah, gereja, atau masyarakat, kita harus selalu sadar akan kelemahan kita sendiri dan berusaha untuk tumbuh dalam pengenalan akan Tuhan sebelum mencoba membimbing orang lain.
Fokus pada diri sendiri sebelum menghakimi orang lain. “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?” Ini adalah peringatan keras untuk tidak terburu-buru menghakimi orang lain ketika kita sendiri masih memiliki banyak kelemahan. Kecenderungan manusia adalah melihat kesalahan orang lain dengan jelas, tetapi mengabaikan dosa atau kelemahan diri sendiri. Yesus menekankan pentingnya introspeksi sebelum kita mencoba membantu orang lain. Ini bukan berarti kita tidak boleh menegur atau membantu sesama dalam kebenaran. Kita harus melakukannya dengan kerendahan hati dan kesadaran akan dosa kita sendiri.
Rendah hati dalam membantu orang lain. Ketika Yesus berbicara tentang mengeluarkan balok dari mata kita sebelum mencoba mengeluarkan selumbar dari mata orang lain, Dia mengajarkan kita tentang kerendahan hati dalam menolong orang lain. Sebelum dapat membantu orang lain, kita perlu memastikan bahwa kita sendiri berada di jalan yang benar. Ini menuntut kita untuk bersikap rendah hati, mengakui kelemahan kita, dan berusaha untuk hidup dalam kebenaran. Membantu orang lain dengan cara yang benar dimulai dengan sikap hati yang penuh kasih dan pengertian. Ketika kita menyadari bahwa kita sendiri juga membutuhkan anugerah dan pengampunan Tuhan, kita akan lebih siap untuk membantu sesama dengan belas kasihan dan kebaikan, bukan dengan sikap menghakimi.
Bacaan Injil hari ini mengajarkan kita tentang pentingnya kerendahan hati, introspeksi, dan kehati-hatian dalam menghakimi. Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk selalu mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum berusaha memperbaiki orang lain. Dengan demikian, kita dapat menjadi pemimpin dan pembimbing yang sejati, yang membawa orang lain kepada kebenaran dengan kasih dan kebijaksanaan. Mari kita berdoa agar Tuhan memberi kita kerendahan hati, mata yang terbuka untuk melihat kebenaran, serta keberanian untuk memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu. Dengan sikap ini, kita dapat menjadi berkat bagi orang lain, membantu mereka untuk berjalan dalam terang Kristus dengan penuh kasih dan tanpa penghakiman.