Bangkitlah!

Selasa, 27 Agustus 2024 – Peringatan Wajib Santa Monika

158

Lukas 7:11-17

Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.

***

Ketika Yesus sedang berada di dekat pintu gerbang Kota Nain, Ia bertemu dengan rombongan yang sedang mengusung jenazah. Yang meninggal itu adalah seorang laki-laki, anak tunggal dari seorang ibu yang sudah menjadi janda. Bisa dibayangkan betapa sedih hati ibu itu. Ia ditinggal pergi selamanya oleh anak satu-satunya yang ia cintai, dan yang menemaninya selama ini dalam menjalani hidup. Melihat itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan. Ia membangkitkan pemuda tersebut dari kematian saat itu juga. Belas kasihan Tuhan ini menimbulkan sukacita bagi sang ibu, bagi pemuda itu sendiri, dan bagi orang-orang yang menyaksikannya. Mereka semua pada saat itu melihat kemuliaan Allah.

Kita tidak dapat mencegah datangnya kematian. Kematian bisa terjadi kapan saja dan menghampiri siapa saja. Selama kurang lebih satu tahun ini, saya banyak menerima kabar kematian, antara lain kematian seorang teman dan kerabat dekat. Kematian orang-orang yang kita kasihi dan kita cintai sungguh merupakan peristiwa yang tidak mudah untuk diterima dan dimengerti.

Pagi itu, saya menerima berita dukacita yang dikirimkan melalui media sosial. Seorang sahabat yang sangat saya kenal pergi untuk selamanya di usianya yang belum genap lima puluh tahun. Ia meninggalkan dua orang anak yang masih membutuhkan perhatian serta bantuan finansial untuk masa depan mereka. Istri dan anak-anaknya berduka. Mereka menahan kesedihan yang mendalam, serta terpaksa harus menerima kenyataan ini.

Melalui sakit, penderitaan, dan kematian, iman setiap orang diuji. Setiap orang yang percaya harus mau bangkit dari kedukaan dan kesedihan, menggantinya dengan sukacita bersama Tuhan. Walaupun tidak mudah untuk dilakukan, kita harus terus berjuang untuk bisa menerimanya. Dengan rajin berdoa, berdamai dengan diri sendiri, dan kemauan untuk menerima semua rencana Tuhan, kita akan dipulihkan, dikuatkan, serta bangkit dari kematian iman. Mari kita bangkit bersama dengan kasih-Nya.