Hukum yang Terutama

Jumat, 23 Agustus 2024 – Hari Biasa Pekan XX

56

Matius 22:34-40

Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

***

Dalam suatu lingkungan, tidak jarang ada orang-orang tertentu yang dijauhi oleh masyarakat, bahkan sampai dikucilkan. Mereka diperlakukan demikian dengan berbagai alasan, misalnya karena perbedaan sikap, pandangan, keyakinan, atau tingkat ekonomi. Bagi orang-orang yang mengalami hal itu, situasinya terasa sangat berat. Karena tidak didukung oleh masyarakat sekitar, bahkan tidak dibantu ketika membutuhkan pertolongan, bisa jadi mereka menjadi minder, depresi, hingga menarik diri dari kehidupan bersama. Ketika pengucilan itu dilakukan oleh saudara-saudari seiman, bisa jadi itu akan memengaruhi kehidupan iman mereka. Kepercayaan mereka kepada Allah bisa-bisa ikut meredup.

Saudara-saudari, itulah salah satu realitas kehidupan kita. Iman kita dapat redup, layu, bahkan mati karena sentimen, stigma, dan cap negatif dari orang lain. Karena itulah Yesus hari ini menekankan kesatuan dan pentingnya kesejajaran perlakuan terhadap Allah dan sesama manusia. Kita diajak untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan segenap akal budi, dan pada saat yang sama mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.

Itulah hukum kasih. Hukum ini jangan dianggap sebagai slogan belaka, sebab harus diwujudkan dengan penuh kerendahan hati. Mengasihi Tuhan berarti harus menyingkirkan kesombongan diri dan tidak lagi mengandalkan kemampuan sendiri. Buang jauh-jauh anggapan bahwa aku bisa melakukan apa saja tanpa Tuhan. Mengasihi sesama manusia berarti memberi tempat bagi orang lain untuk berkembang dan bersedia bekerja sama dengan siapa saja. Demikianlah kasih itu mengumpulkan, mempersatukan, dan mengampuni. Dalam kasih Tuhan, tiada dusta dalam keseharian hidup manusia.