Menjadi Gembala dan Domba

Rabu, 21 Agustus 2024 – Peringatan Wajib Santo Pius X

79

Matius 20:1-16a

“Adapun hal Kerajaan Surga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan mereka pun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?

Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”

***

Saudara-saudari, tugas yang melekat melalui baptisan adalah menjadi gembala. Rahmat baptisan mengutus kita untuk mewujudkan tugas penggembalaan. Gembala memberikan kepenuhan hidup, kedamaian, ketenangan, dan keamanan bagi domba-dombanya. Seorang gembala pasti akan menuntun domba-dombanya di jalan yang benar, membantu mereka bertumbuh menjadi dewasa. Untuk itu, ia akan memberi mereka dukungan, arahan, teguran, apresiasi, serta pengampunan. Di lain pihak, dari pihak para domba dibutuhkan keterbukaan dan kerelaan hati untuk dibantu, dibimbing, dan diarahkan.

Suatu kali kita bisa berada di posisi sebagai gembala, tetapi pada kesempatan lain sebagai domba. Kita dapat menjadi pemimpin, tetapi kemudian menjadi yang dipimpin. Apa pun itu, kita perlu menempatkan diri dengan tepat dan benar. Yang paling utama adalah hidup berpusat pada Tuhan yang telah memberikan segalanya dan menjadi segalanya bagi kita. Ia yang murah hati telah memilih kita, memberi kita kepercayaan, sekaligus mengutus kita. Di hadapan Tuhan, kita hanya bisa merendahkan diri, berserah, dan menyatakan kesediaan untuk bekerja sama dengan-Nya.

St. Pius X yang kita peringati hari ini mengajak umat untuk menerima komuni setiap hari. Hal ini menegaskan betapa indah dan betapa penuh rahmat kalau kita selalu mempunyai kesatuan dengan Yesus dalam Sakramen Ekaristi. Karena itu, kita diajak untuk benar-benar bersatu dan tinggal bersama Yesus dalam kasih-Nya. Iman Katolik hendaknya benar-benar kita syukuri dalam aneka peristiwa hidup, serta diwujudnyatakan dalam pergulatan hidup harian kita, sehingga menjadi iman yang dirayakan dan berbuah dalam hidup.