Menjadi Manusia Merdeka

Sabtu, 17 Agustus 2024 – Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia

73

Matius 22:15-21

Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

***

Hari ini kita merayakan ulang tahun ke-79 kemerdekaan negara kita. Usia 79 tahun bukanlah usia yang muda. Sudah sebegitu lama Indonesia merdeka, seharusnya seluruh warga negara tanpa kecuali sudah hidup dalam kemerdekaan dan kesejahteraan secara merata. Namun, sudahkah hal itu terwujud? Apakah seluruh rakyat kita sudah menjadi manusia-manusia merdeka? Ataukah kita masih berada di bawah penjajahan yang hadir dalam berbagai bentuk?

Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk merenungkan kembali makna kemerdekaan. Yesus kali ini berbicara tentang kewajiban manusia merdeka. Menjawab pertanyaan jebakan yang diajukan oleh orang Farisi perihal membayar pajak, Yesus berkata, “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Jawaban itu sungguh mengejutkan. Dengan kondisi orang Yahudi yang berada di bawah penjajahan Kekaisaran Romawi, Yesus justru mengatakan bagaimanapun buruknya suatu pemerintahan, rakyat harus memberikan apa yang menjadi kewajibannya kepada negara.

Pesan Yesus ini mengingatkan kita akan dualitas kewajiban kita sebagai manusia, yakni kewajiban kepada negara dan kewajiban kepada Tuhan. Dalam konteks kemerdekaan Indonesia, pesan ini relevan untuk memahami bahwa kemerdekaan tidak hanya berarti bebas dari penjajahan, tetapi juga mengandung tanggung jawab untuk memelihara dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas yang luhur.

Kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan panjang dan berdarah. Para pahlawan kita telah memberikan segalanya untuk merebut kemerdekaan. Mereka melakukan ini bukan hanya untuk kebebasan politik, melainkan juga untuk memperjuangkan martabat manusia. Mereka mengerti bahwa setiap individu memiliki hak yang diberikan Tuhan untuk hidup merdeka dan bermartabat. Setelah kemerdekaan diraih, tanggung jawab kita sebagai warga negara adalah memelihara dan memperjuangkan nilai-nilai kemerdekaan itu. Ini berarti kita harus menghargai dan mematuhi hukum negara, serta ikut serta dalam pembangunan bangsa. Di sisi lain, sebagai orang beriman, kita juga memiliki kewajiban terhadap Tuhan untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya.

Yesus mengajarkan kita untuk mampu menyeimbangkan kedua aspek itu. Ini berarti kita harus menjadi warga negara yang baik, serta harus juga berusaha hidup benar di hadapan Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, bisa jadi kita akan sering dihadapkan pada berbagai tantangan yang menguji integritas dan komitmen kita terhadap kedua kewajiban itu, yang mungkin akan membuat kita merasa terjebak antara tuntutan duniawi dan panggilan spiritual. Bagaimanapun, kita harus memberikan apa yang menjadi hak negara, juga memberikan apa yang menjadi hak Tuhan. Ini merupakan bagian dari tanggung jawab kita untuk menjaga martabat manusia yang merdeka.

Dalam konteks Indonesia yang pluralistik, semangat kemerdekaan juga berarti menghargai perbedaan dan hidup dalam harmoni. Indonesia adalah bangsa yang kaya akan keragaman budaya, agama, dan etnis. Merdeka berarti bebas untuk mengekspresikan identitas kita masing-masing sambil tetap menghormati hak orang lain. Kita dipanggil untuk mengasihi sesama tanpa memandang perbedaan. Kemerdekaan juga menuntut kita untuk berani bersuara dan bertindak melawan ketidakadilan dan penindasan. Kita tidak boleh diam ketika melihat ketidakadilan di sekitar kita dalam bentuk korupsi, diskriminasi, pelanggaran hak asasi manusia, dan sebagainya.

Setiap generasi memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melanjutkan perjuangan ini. Mari kita berusaha menjadi warga negara yang baik, sekaligus hamba Tuhan yang setia. Dengan begitu, kita dapat mewujudkan Indonesia yang setiap warganya benar-benar merdeka, tidak hanya dalam arti politik, tetapi juga dalam arti moral dan spiritual.