Mengampuni Tanpa Batas

Kamis, 15 Agustus 2024 – Hari Biasa Pekan XIX

69

Matius 18:21 – 19:1

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Sebab hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan utangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk pembayar utangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala utangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan utangnya.

Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar utangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, utangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya utangnya.

Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh utangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh utangnya.

Maka Bapa-Ku yang di surga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”

Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang Sungai Yordan.

***

Yesus mengajarkan kepada kita doa yang sangat indah, yaitu Doa Bapa Kami. Sebagai seorang biarawati, saya mendoakan Bapa Kami minimal sembilan kali sehari, yaitu dalam misa harian, dalam ibadat harian, dan dalam Doa Rosario. Kita semua pasti juga sering mendoakannya setiap hari. Menurut saya, salah satu bagian yang paling indah dari Doa Bapa Kami adalah: “Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.” Meski demikian, bagian ini juga menjadi yang paling sulit untuk diwujudkan. Mengampuni orang lain sungguh tidak mudah, tidak semudah ketika kita mengucapkannya.

Hari ini, Yesus mengajak kita untuk kembali merenungkan tentang pengampunan. Melalui percakapan Yesus dengan Petrus dan perumpamaan tentang hamba yang tidak berbelaskasihan, kita diberi panduan bagaimana harus mengampuni orang lain. Yang ditekankan adalah pentingnya pengampunan yang tak terbatas dalam kehidupan kita sebagai pengikut Kristus.

Petrus bertanya kepada Yesus: Sampai berapa kali harus mengampuni sesama? Apakah sampai tujuh kali? Bagi Petrus, mengampuni sampai tujuh kali sudah merupakan tindakan yang luar biasa. Namun, Yesus menjawab: Tidak hanya tujuh kali, tetapi sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Yesus menekankan bahwa pengampunan itu tidak boleh terbatas pada jumlah atau angka tertentu. Pengampunan harus menjadi sikap hati yang harus terus dipraktikkan tanpa batas.

Yesus kemudian menceritakan perumpamaan tentang hamba yang tidak berbelaskasihan. Perumpamaan ini menggambarkan betapa besar kasih dan pengampunan Allah kepada kita. Kita semua telah menerima pengampunan yang tak terhingga dari-Nya atas dosa-dosa kita. Seperti hamba yang mendapat pengampunan atas utangnya yang sangat besar, kita juga telah menerima pengampunan dari Allah atas dosa-dosa kita yang besar, yang tidak mungkin bisa kita bayar kembali. Karena itu, kita dipanggil untuk juga mengampuni orang lain, tidak peduli seberapa besar kesalahan mereka terhadap kita. Jika kita menolak untuk mengampuni, itu menunjukkan bahwa kita tidak benar-benar memahami dan menghargai pengampunan yang telah kita terima.

Seperti yang sudah disebutkan di awal, mengampuni bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Luka dan rasa sakit yang ditimbulkan oleh orang lain bisa jadi sangat dalam dan sulit untuk disembuhkan. Namun, Yesus mengajarkan bahwa pengampunan adalah kunci untuk hidup damai dan untuk menikmati kebebasan sejati. Pengampunan tidak hanya membebaskan orang yang kita ampuni, tetapi juga membebaskan diri kita sendiri dari beban kebencian dan dendam. Pengempunan akan memberi penyembuhan pada sakit dan luka yang kita alami. Dengan mengampuni, kita meneladan kasih dan belas kasihan Allah, serta membuka jalan bagi penyembuhan dan pemulihan hubungan.

Pengampunan mengharuskan kita bersikap rendah hati dan siap sedia mengakui kelemahan. Kita semua berdosa dan membutuhkan pengampunan Allah. Ketika kita menyadari betapa besar kasih dan pengampunan Allah bagi kita, akan lebih mudah bagi kita untuk mengampuni sesama. Pengampunan menjadi cerminan hubungan kita dengan Allah. Ketika kita mau mengampuni sesama yang bersalah kepada kita, itu berarti kita menyadari bahwa kita pun adalah orang yang lemah dan berdosa yang membutuhkan pengampunan dari Allah.

Mengampuni memang tidak mudah. Untuk melakukan itu, kita membutuhkan waktu dan doa. Marilah kita meminta bantuan Allah agar diberi kekuatan dan keberanian untuk mengampuni, terutama ketika kita sulit untuk melakukannya. Mengampuni adalah panggilan yang tidak boleh diabaikan, sebab di dalam pengampunan ada damai sejati dan kasih Allah yang tak terbatas. Mari kita memperbarui komitmen kita untuk hidup dalam semangat pengampunan. Biarlah hati kita dipenuhi dengan belas kasihan, sehingga kita dapat menjadi saksi kasih Allah. Dengan mengampuni tanpa batas, kita meneladan kasih Kristus, serta membawa damai sejahtera dalam kehidupan kita dan kehidupan orang lain.