Hidup sebagai Anak-Anak Allah

Senin, 12 Agustus 2024 – Hari Biasa Pekan XIX

65

Matius 17:22-27

Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali.

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: “Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?” Jawabnya: “Memang membayar.” Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: “Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?” Jawab Petrus: “Dari orang asing!” Maka kata Yesus kepadanya: “Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.”

***

Bacaan Injil hari ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama menceritakan tentang Yesus yang memberi tahu murid-murid-Nya tentang kematian dan kebangkitan-Nya yang akan datang. Kita bisa membayangkan betapa hati para murid sangat sedih setelah mendengar berita ini. Mungkin mereka membayangkan bahwa tidak lama lagi Yesus akan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.   

Pada bagian kedua, Yesus menyinggung tentang pembayaran pajak. Ketika mereka tiba di Kapernaum, para pemungut pajak Bait Allah menanyakan kepada Petrus apakah Yesus membayar pajak. Petrus menjawabnya dengan menegaskan bahwa Yesus membayar pajak Bait Allah. Kisah ini mengundang kita untuk merenungkan bagaimana seharusnya kita melihat kewajiban kita sebagai warga negara dan pengikut Kristus.

Ada beberapa hal yang dapat kita ambil sebagai pokok permenungan kita. Pertama, kita harus taat pada otoritas duniawi. Yesus menunjukkan bahwa meskipun Anak Allah seharusnya bebas dari kewajiban duniawi, Ia tetap memilih untuk mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Ini mengajarkan kita untuk menghormati otoritas dan hukum yang berlaku di masyarakat. Membayar pajak adalah bagian dari ketaatan kita sebagai warga negara yang baik. Dengan ini, kita ikut serta membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.

Kedua, jangan pernah menjadi batu sandungan. Yesus membayar pajak supaya Ia tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk hidup sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan orang lain tersandung dalam iman mereka. Dengan memenuhi kewajiban, termasuk membayar pajak, kita memberikan contoh yang baik dan menjaga kesaksian kita di hadapan dunia.

Ketiga, kita harus menjalani seluruh kehidupan di dunia dalam perspektif Kerajaan Allah. Yesus mengingatkan Petrus bahwa sebagai anak-anak Allah, kita adalah orang yang bebas dan merdeka. Ini membawa kita kepada pemahaman bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara saja. Kewajiban duniawi, termasuk membayar pajak, harus dilihat dalam perspektif kehidupan kekal. Tujuan akhir kita adalah Kerajaan Allah, sehingga dalam segala tindakan kita, yang kita cari adalah kehendak dan kemuliaan Allah.

Marilah kita senantiasa taat pada pemerintah yang mengatur kehidupan kita dalam berbangsa dan bermasyarakat. Sambil menantikan kedatangan Kerajaan Allah yang kekal, mari kita menjalani hidup dengan penuh integritas, mematuhi hukum yang berlaku, dan mengimani bahwa Tuhan selalu memenuhi kebutuhan hidup kita.