Anak Kerajaan

Selasa, 30 Juli 2024 – Hari Biasa Pekan XVII

84

Matius 13:36-43

Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

***

Bacaan Injil hari ini merupakan penjelasan Yesus atas perumpamaan tentang Kerajaan Allah yang digambarkan-Nya sebagai orang yang menaburkan benih yang baik di ladang. Kerajaan Allah menjadi ciri khas pewartaan Yesus. Kerajaan Allah pertama-tama bukanlah tempat, melainkan situasi dan suasana di mana Allah meraja. Kehadiran Yesus adalah tanda hadirnya Kerajaan Allah, sebab melalui sabda dan karya-Nya, Yesus menunjukkan kehadiran Allah yang ada dalam diri-Nya. Kerajaan Allah ditandai oleh kasih, sukacita, dan damai. Setiap pribadi yang beriman kepada Yesus Kristus harus berusaha menghadirkan kasih Allah karena Allah adalah kasih. Di mana ada kasih, di situ Allah meraja. Ketika kita mengasihi, kita sedang menghadirkan Kerajaan Allah.

Kita diciptakan oleh Allah baik adanya sebagai anak-anak Kerajaan. Yesus mengumpamakannya sebagai gandum. Sebenarnya tugas kita adalah fokus menumbuhkan gandum ini. Namun, ada si jahat yang menaburkan lalang di sekitar kita, sehingga lalang itu tumbuh bersama dengan gandum. Dalam perkembangannya, lalang itu bahkan menjadi seperti gandum. Si jahat menipu kita. Kalau tidak hati-hati, bukannya memelihara dan menjaga gandum, yang kita pelihara dan kita jaga bisa jadi malah lalangnya. Inilah yang diinginkan si jahat. Agar menjadi gandum yang berisi kebaikan, kita perlu terus belajar dan berusaha.

Tuhan telah menganugerahkan telinga bagi kita untuk mendengar. Agar tetap bisa menjadi gandum, agar tetap bisa menjadi orang yang baik, kita perlu mendengarkan bisikan Tuhan. Ia terus-menerus mengajari dan membimbing kita pada kebaikan. Memang, sering kali suara-Nya halus dan lembut, berbeda dengan kemarahan, caci maki, dan kebencian yang merupakan ajakan si jahat.