Mengucap Syukur

Minggu, 28 Juli 2024 – Hari Minggu Biasa XVII

78

Yohanes 6:1-15

Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”

Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

***

Bacaan Injil hari ini sangat indah. Orang-orang mengalami kelaparan. Para murid mendapat tugas dari Yesus untuk memberi mereka makan. Para murid digambarkan kesulitan melaksanakan tugas tersebut. Mereka mempunyai uang, tetapi uang itu tentu saja tidak akan mencukupi. Juga ketika ternyata tersedia sumber makanan, yaitu lima roti dan dua ikan. Para murid tetap bersikap pesimis.

Sikap anak yang membawa roti dan ikan berbanding terbalik dengan sikap para murid. Jika para murid pesimis, punya modal tetapi tidak mau menggunakannya, anak itu bersikap sebaliknya. Ia bersedia memberikan lima roti dan dua ikan yang dimilikinya. Anak itu mempunyai kerelaan untuk berbagi. Sikap berbagi inilah yang menjadi sarana keselamatan banyak orang.

Para murid berpandangan: Apa artinya lima roti dan dua ikan bila dibandingkan dengan banyaknya orang yang kelaparan? Inilah mentalitas orang-orang yang tidak pernah merasa cukup, yang terus merasa kurang. Mereka suka mengabaikan apa yang ada, apa yang sudah mereka miliki. Mereka cenderung mengeluh dan suka meratapi situasi. Mereka sulit untuk bersyukur. Yesus mengajarkan kepada kita bahwa hal-hal kecil dalam hidup ini perlu selalu disyukuri. Bersyukur berarti mengakui kebaikan Allah dan berterima kasih atasnya. Orang yang bisa bersyukur adalah orang yang bisa melihat karya Allah dalam hal-hal yang kecil dan sederhana. Karena itu, setelah menerima roti dan ikan dari anak tersebut, Yesus lalu mengucap syukur. Ternyata sikap syukur ini menjadi berkat bagi banyak orang.

Setelah semua orang makan sampai kenyang, Yesus menyuruh supaya para murid mengumpulkan potongan-potongan yang tersisa supaya tidak terbuang. Orang yang bersyukur adalah orang yang bisa menghargai kasih Tuhan. Sebagian dari kita hidup dengan sumber makanan yang berlimpah. Menyisakan makan dan kemudian membuangnya masih kerap terjadi. Tindakan ini merupakan gambaran orang yang tidak menghargai kasih Tuhan, orang yang tidak bertanggung jawab atas kebaikan Tuhan. Kita membuang makanan sering kali karena tidak bisa berkata, “Cukup.” Membuang makanan adalah tanda orang yang belum bisa bersyukur.