Persaudaraan Sejati

Selasa, 23 Juli 2024 – Hari Biasa Pekan XVI

67

Matius 12:46-50

Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

***

Beberapa tahun lalu, Provinsi Sulawesi Utara memopulerkan slogan yang sangat kristiani, yakni “Torang Samua Basudara”, yang artinya “Kita Semua Bersaudara”. Slogan ini bertujuan mempromosikan pentingnya toleransi antarumat beragama, maupun persaudaraan antarsesama manusia. Persaudaraan tidak hanya sebatas hubungan darah, tetapi menjangkau semua manusia karena sama-sama ciptaan Tuhan yang bermartabat. Persaudaraan sejatinya terjadi antarsemua manusia karena kita sama-sama sederajat.

Yesus dalam bacaan Injil hari ini memperluas konsep persaudaraan yang dianut orang-orang sezaman-Nya yang hanya sebatas hubungan darah. Orang cenderung membentuk persekutuan eksklusif yang berdampak pada penyingkiran orang-orang lain yang dirasa berbeda atau dianggap lebih rendah. Yesus mau membentuk sebuah persaudaraan yang melampaui batas-batas suku, keyakinan, atau hubungan darah. Sebelumnya, Ia telah membentuk kelompok murid yang berasal dari kelompok yang berbeda, tetapi dipersatukan oleh tujuan yang sama, yaitu melaksanakan kehendak Allah. Persaudaraan ini terdiri dari orang-orang yang terbuka pada bimbingan Roh Kudus untuk mengikuti kehendak Allah.

Allah menghendaki budaya kasih, bukan budaya permusuhan; budaya persatuan, bukan perpecahan; budaya damai, bukan perselisihan. Saudara berarti orang yang merasa sama-sama berasal dari Allah dan melaksanakan kehendak-Nya, orang-orang yang saling mengusahakan keselamatan. Yesus memperbaiki cara pandang sempit dari orang-orang sezaman-Nya, yang sering kali juga turut mempersempit luasnya kasih Tuhan yang menyelamatkan.

Lagu “Dalam Yesus Kita Bersaudara” sering kali dipelesetkan dengan tambahan kata: “Katanya, katanya.” Mungkin itu ungkapan data bahwa persaudaraan sejati kadang hanya sebatas kata, tetapi minim dalam fakta. Yesus menghendaki suatu persekutuan universal antarmanusia yang sibuk untuk menebarkan kasih Allah, bukan kebencian Iblis. Mari kita memperluas jangkauan pergaulan kita dengan siapa saja, tanpa dibatasi oleh sekat-sekat hubungan darah, kelompok agama, suku, ras, hobi, status, dan lainnya. Persaudaraan yang sejati adalah persekutuan orang yang diselamatkan dari kesempitan cinta diri, persekutuan orang yang berjuang membangun budaya cinta.