Si Lumpuh

Kamis, 4 Juli 2024 – Hari Biasa Pekan XIII

88

Matius 9:1-8

Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: “Ia menghujat Allah.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.

***

Saya pernah membaca dari sumber yang menurut saya bisa dipercaya. Sumber tersebut memaparkan informasi dari sebuah penelitian bahwa sebagian besar penyakit yang diderita manusia, yakni sebanyak 70-80%, disebabkan oleh masalah psikosomatik karena ketidakmampuan mengampuni. Apa yang dirasakan tubuh sebenarnya berakar dalam pikiran dan emosi, bahkan roh. Hal sederhana yang bisa kita alami adalah bila kita sedang jengkel dengan seseorang, tekanan darah kita akan naik, jantung berdebar, sesak napas, atau kepala pening.

Sikap tidak mengampuni merusak diri manusia secara spiritual, fisik, dan mental. Sikap ini masuk jauh ke dalam pikiran bawah sadar manusia dan membuat orang sakit. David R. Hawkins dalam bukunya The Map of Consciousness (2020) menguraikan gagasan tentang peta kesadaran. Dia menjelaskan bahwa tingkat kesadaran yang kita miliki setara dengan lensa yang kita gunakan untuk melihat realitas. Persepsi, keyakinan, pola pikir, dan nilai-nilai kita saat ini adalah hasil dari tingkat kesadaran kita.

Hawkins membuat penelitian selama 10 tahun melalui kinesiologi atau tes otot. Berdasarkan tes ini, ia membagi skala kesadaran atau tingkat energi yang dikalibrasi dari angka 0 sampai 1000. Dalam skala ini, ada total 17 tingkat kesadaran yang berbeda, yang ditandai oleh titik-titik yang berbeda pada skala. Berpindah dari angka 0 hingga 1000 menandai perubahan dalam pandangan hidup seseorang dari rasa terhina hingga kasih. Tingkat tertinggi yang dapat dicapai seseorang, angka 1000, adalah pencerahan.

Beberapa tingkat yang diuraikan oleh Hawkins adalah: Rasa terhina memiliki energi 20, rasa bersalah 30, serta keadaan tidak berdaya dan putus asa 50. Masih dalam level rendah lainnya, rasa sesal, sedih, dan kehilangan 75, sedangkan ketakutan 100.

Selanjutnya, penerimaan diri dan pengampunan memiliki energi 350. Menurut Hawkins, level ini menandai titik bangun seorang individu, di mana dia sepenuhnya terjaga kesadarannya untuk menerima diri dan orang lain. Level selanjutnya adalah kasih 500, sukacita 540, dan damai 600. Hawkins mengklaim bahwa tingkat ini hanya dicapai oleh 1 dari 10 juta orang.

Apa hubungan pendapat Hawkins itu dengan bacaan Injil hari ini? Dalam banyak kesempatan penyembuhan yang dilakukan-Nya, Yesus bersabda, “Dosamu sudah diampuni.” Pengampunan itu memberdayakan orang! Orang disembuhkan karena pengampunan yang diterimanya.