Jangan Meragukan Janji Tuhan

Senin, 24 Juni 2024 – Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis

88

Lukas 1:57-66, 80

Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” Kata mereka kepadanya: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.” Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: “Namanya adalah Yohanes.” Dan mereka pun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.

Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.

Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel.

***

Kelahiran seorang anak dalam keluarga tentu membahagiakan orang tua dan segenap sanak saudara. Mungkin saja ayah dan ibu, bersama dengan segenap kaum kerabat, bertanya-tanya: Menjadi apa anak ini kelak? Para orang tua pasti menghendaki agar anak-anak mereka bertumbuh dan berkembang menjadi manusia-manusia yang berkarakter dan berguna bagi sesama. Oleh sebab itu, dengan berbagai cara, anak-anak mereka didik agar benar-benar menjadi orang yang baik.

Hari ini, kita bergembira merayakan kelahiran Yohanes Pembaptis. Kelahiran Yohanes membawa sukacita yang besar bagi pasutri Elisabet dan Zakharia, juga kaum kerabat mereka. Sebelumnya, ketika sedang bertugas di Bait Allah, Zakharia menerima kabar gembira dari malaikat Tuhan bahwa Elisabet, istrinya, akan mengandung dan malahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu akan besar di hadapan Tuhan, penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya, dan akan membuat banyak orang Israel bertobat kepada Allah. Ia akan menyiapkan umat yang kudus bagi Tuhan. Menanggapi kabar itu, Zakharia merasa ragu karena dia dan Elisabet sudah sangat tua. Karena keraguannya tersebut, ia menjadi bisu sampai pada hari anak itu diberi nama Yohanes. 

Bacaan Injil hari ini mengisahkan kelahiran Yohanes, penyunatan dirinya pada hari kedelapan sesuai tradisi Yahudi, dan pemberian nama Yohanes. Nama Yohanes mengherankan banyak orang, sebab tidak ada kerabatnya yang bernama demikian. Nama itu juga menimbulkan pertanyaan: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Tangan Tuhan menyertai Yohanes. Sesuai janji-Nya, Yohanes bertumbuh menjadi dewasa dan mempersiapkan umat Israel untuk menyambut kedatangan Kristus dengan membaptis dan menyerukan pertobatan. Yohanes juga dikenal sebagai pribadi yang rendah hati. Ia sadar bahwa dirinya tidak lebih berkuasa daripada sang Mesias.

Kita belajar dari Yohanes Pembaptis yang setia melaksanakan kehendak Allah. Kita perlu bertobat dan mengajak orang lain bertobat seperti yang dilakukan Yohanes. Kita diajak untuk bersaksi tentang kasih Tuhan melalui hidup dan karya setiap hari. Kita juga perlu memiliki keberanian untuk melawan ketidakadilan dan ketidakjujuran dalam keluarga, lingkungan, dan masyarakat. Mari kita membentuk diri menjadi pribadi yang rendah hati seperti Yohanes Pembaptis. Kerendahan hati adalah jalan menuju kebijaksanaan dan kebahagiaan.