Yohanes 19:31-37
Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib — sebab Sabat itu adalah hari yang besar — maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan.” Dan ada pula nas yang mengatakan: “Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.”
***
Saudara-saudari yang terkasih, bersama dengan Gereja universal, hari ini kita merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus Bicara soal hati, kita menyadari bahwa hati memiliki peranan yang sangat istimewa dalam hidup manusia. Dalamnya laut, kita dapat mengukurnya, tetapi dalamnya hati tiada orang yang sanggup menyelaminya. Meski kecil dan tersembunyi, hati dapat menyimpan rahasia yang luar biasa besar.
Santa Teresa dari Avila pernah mengatakan bahwa hati itu bagaikan istana, tempat berdiamnya Tuhan Allah, Raja yang maha dalam segala. Allah yang tak tertampung oleh dunia berkenan tinggal di dalam hati manusia. Betapa luar biasanya hati. Manusia perlu menjaga kualitasnya. Dalam hal ini, kita belajar dari Tuhan Yesus yang memiliki dan menyimpan hati Allah yang Mahakudus.
Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita untuk mengenal hati Allah. Bacaan pertama (Hos. 11:1, 3-4, 8c-9) mewartakan hati Allah yang berbelaskasihan. Bacaan kedua (Ef. 3:8-12, 14-19) mengungkapkan hati Allah dalam hati Yesus yang kasih-Nya tiada batas. Bacaan Injil mengisahkan tentang keluarnya darah dan air dari lambung Yesus yang ditikam dengan tombak. Dari lambung yang terbuka itu, kita melihat hati Yesus, bukan hati secara fisik, melainkan hati ilahi yang memancarkan kasih yang agung, yakni kasih Allah yang melampaui batas kepada kita, manusia yang berdosa ini.
Dalam Kitab Suci, darah dipandang sebagai pembawa/penyalur kehidupan. Darah adalah milik Allah, sang Sumber Hidup. Darah yang keluar adalah tanda fisik bahwa Yesus sudah mati, dan itu menjadi simbol dari keseluruhan hidup Yesus. Dengan menumpahkan darah-Nya, Ia menyerahkan seluruh hidup-Nya secara total pada kehendak Bapa. Kematian-Nya dimengerti sebagai pelaksanaan kehendak Bapa. Sementara itu, air adalah lambang pengudusan dan hidup baru dalam Roh. Dengan mengalirkan air dari lambung-Nya, Yesus menguduskan manusia, dan sekaligus memberikan Roh-Nya sendiri. Roh itu membuat manusia memiliki hidup Yesus.
Saudara-saudari yang terkasih, dengan memandang Yesus yang tertikam, kita memusatkan diri pada-Nya dan berusaha memasuki hati-Nya, agar sungguh memahami betapa luas dan dalamnya kasih Allah. Pada perayaan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus ini, semoga kita semakin meyakini dan mensyukuri betapa luas dan dalamnya kasih Allah untuk kita semua. Semoga kita juga dimampukan untuk memiliki hati Yesus, yakni hati yang berani mengurbankan diri bagi banyak orang, hati yang mampu berserah pada kehendak Allah, serta hati yang membawa hidup, sukacita, dan pengudusan bagi banyak orang.