Ketulusan untuk Memperjuangkan yang Baik dan Benar

Selasa, 4 Juni 2024 – Hari Biasa Pekan IX

109

Markus 12:13-17

Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?” Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!” Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” Mereka sangat heran mendengar Dia.

***

Kekuasaan, popularitas, dan materi menjadi godaan untuk semua orang. Karena itu, tidak mengherankan bahwa dalam dunia politik, orang berebut kekuasaan sampai jegal-menjegal, mengadu domba satu dengan yang lain, bahkan sampai menghalalkan segala macam cara untuk meraihnya. Kemunafikan, kepura-puraan, ketidaktulusan, ketidakjujuran, tipu daya, dan kebohongan kerap mewarnai dunia politik kita yang seharusnya bertujuan untuk kebaikan bersama (bonum communae).

Yesus pun hidup dan tinggal di tengah masyarakat seperti itu. Kematian-Nya tidak terlepas dari intrik-intrik yang ditimbulkan oleh orang-orang yang takut kehilangan kuasa dan popularitas. Dalam bacaan Injil hari ini, orang-orang yang membenci Yesus ingin menjatuhkan Dia dengan berpura-pura mengajukan pertanyaan kepada-Nya apakah membayar pajak kepada kaisar diperbolehkan atau tidak.

Kalau menjawab “ya”, Yesus berarti menyetujui penjajahan Romawi. Kalau menjawab “tidak”, Yesus akan mendapat celaka karena akan dinilai membangkang terhadap pemerintah. Orang-orang itu berusaha menjerat Yesus dengan pertanyaan yang sangat dilematis, yang mana jawaban “ya” dan “tidak” sama-sama menimbulkan konsekuensi yang berat.

Namun, kebaikan dan kebenaran tentu saja mengalahkan kemunafikan, ketidakjujuran, dan tipu muslihat. Yesus menjawab pertanyaan itu dengan sangat bijak. Dia mengajak semua orang untuk menempatkan secara tepat mana yang menjadi kewajiban kita kepada Tuhan dan mana yang menjadi kewajiban kita pada penguasa di dunia ini. Ketulusan untuk memperjuangkan yang baik dan benar, itulah yang diupayakan Yesus dalam hidup dan karya-Nya. Ketulusan ini mengalahkan kemunafikan, ketidakjujuran, kebohongan, dan tipu daya dalam bentuk apa pun.

Saudara-saudari yang terkasih, ketulusan untuk memperjuangkan yang baik dan benar bukanlah hal yang mudah, juga pada zaman sekarang. Kekuasaan, popularitas, dan materi menjadi godaan yang sangat kuat, belum lagi wajah-wajah penuh tipu daya, kemunafikan, dan kebohongan yang bisa mengelabui dan menjerumuskan kita. Hari ini, dari Yesus, kita belajar untuk menjadi pribadi yang bijak dan penuh pertimbangan, sehingga mampu mengambil keputusan dan bertindak secara tepat, tetap tegak lurus memperjuangkan yang baik dan benar kendati berhadapan dengan aneka macam godaan dan tawaran yang menggiurkan. Mana yang terbaik untuk Tuhan, mari kita perjuangkan; mana yang baik dan benar untuk kehidupan bersama, mari terus kita upayakan!