Menjadi Murid Yesus Itu Tidak Mudah

Senin, 27 Mei 2024 – Hari Biasa Pekan VIII

118

Markus 10:17-27

Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!” Lalu kata orang itu kepada-Nya: “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.”

***

Seorang kaya dituntut oleh Yesus untuk menjual segala miliknya dan memberikan hasilnya kepada orang miskin. Namun, kelekatan pada harta yang banyak membuat orang itu pergi dengan sedih. Ia tidak bisa menjadi murid Yesus. Orang itu tidak rela melepaskan kelekatannya pada harta kekayaan. Kelekatan tersebut menghalanginya untuk mengikuti Yesus dan menaati Injil-Nya.

Mustahil bagi seseorang untuk mengikuti Yesus dan Injil-Nya sambil tetap melekat pada kekayaan. Mengikuti Yesus dan Injil menuntut orang untuk mengandalkan Allah daripada dirinya sendiri, untuk memberi tempat yang pertama kepada Allah daripada kepada dirinya sendiri, untuk melayani Allah daripada kesenangan diri, serta untuk bersikap adil dan berbelaskasihan kepada orang lain.

Andai saja orang kaya itu menaati perintah Yesus dan panggilan-Nya dengan sungguh-sungguh, niscaya dia akan mendapatkan banyak ganjaran walau disertai dengan banyak penganiayaan. Jika rela menderita karena mengikuti Yesus dan Injil-Nya, dia akan mendapatkan ganjaran hidup kekal pada masa yang akan datang. Hal ini juga berlaku bagi kita. Sebagai murid-murid-Nya, kita juga harus siap menderita, seperti yang dialami Yesus sendiri. Warisan hidup kekal akan diberikan juga kepada kita jika kita rela melepaskan kelekatan pada harta milik guna mengikuti Yesus dan berbagi dengan orang miskin. Penderitaan yang kita alami karena mengikuti Yesus pada zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita kelak.

Yang seharusnya dilakukan orang kaya itu untuk memperoleh hidup kekal adalah mengikuti Yesus di jalan menuju penyaliban-Nya. Jalan ini menuntut sikap lepas bebas dari harta kekayaan. Kekayaan dapat berbahaya karena membawa kebahagiaan yang dangkal daripada sukacita sejati. Kekayaan dapat mengalihkan kita dari apa yang benar-benar penting dan bernilai abadi. Kekayaan juga cenderung mengembangbiakkan dosa keegoisan, seperti kesombongan, keserakahan, dan keinginan yang menggebu-gebu untuk mendapatkan apa yang dimiliki orang lain.

Pesan yang ingin oleh perikop ini adalah: Para murid Yesus harus bergaya hidup sederhana dalam menjalankan tugas dan misi pengutusan mereka. Pikiran dan perhatian mereka tidak boleh terfokus pada upaya mengejar harta duniawi karena itu dapat menghalangi langkah mereka. Mari berefleksi: Apa langkah pertama yang dapat kita ambil hari ini, yang dapat menggerakkan kita untuk memberikan seluruh diri kita dan memercayai Tuhan sepenuhnya? Apa yang dapat kita lakukan hari ini agar kita tidak pergi dengan sedih seperti orang kaya itu?