Semangat Pentakosta

Minggu, 19 Mei 2024 – Hari Raya Pentakosta

94

Yohanes 15:26-27; 16:12-15

“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.”

“Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari-Ku.”

***

Sudah 50 hari atau tujuh minggu kita melihat karya kemuliaan Yesus di dalam kebangkitan-Nya. Ia menjanjikan Roh Kudus untuk menemani kita. Pertanyaan awal untuk kita renungkan: Apakah 50 hari perjumpaan dengan Yesus yang bangkit telah membuat kita juga bangkit bersama-Nya? Ataukah kita masih sama saja seperti biasa? Dua pertanyaan tersebut menjadi permulaan permenungan kita pada Hari Raya Pentakosta hari ini. 

Ada sebuah lagu di kanal YouTube yang berjudul “Ayah Ibu”. Lagu yang cukup viral di kalangan anak muda ini berkisah tentang seorang anak yang merefleksikan arti kasih sayang orang tua. Di awal, diceritakan tentang pesan seorang ayah kepada anaknya agar tidak lupa bersyukur. Dikisahkan kemudian bagaimana ayah dan ibu itu sungguh mengasihi anak mereka. Namun, si anak sering kali tidak bisa bersyukur. Tiba-tiba, sang ayah meninggal akibat tertabrak setelah membelikan sepatu untuk anaknya.

Anak tersebut mengulang memori dan kenangan akan kasih ayahnya. Ia bersyukur atas kasih itu dan berkata, “Suatu saat nanti ‘kan kugantikan tugasmu, Ayah. Doakan aku, Ibu. Restumu sertai langkahku. Ayah, dengarkanlah. Bahagia pasti datang, percayalah. Ibu, engkau kuatkan aku.”

Dari lagu tersebut, saya belajar mengenai semangat Pentakosta, terutama saat anak itu mengingat kembali kisah kasih sang ayah di dalam hidupnya, dan melihat bahwa kasih sang ayah lebih besar daripada keburukannya. Akhirnya, si anak belajar untuk menggantikan tugas ayahnya. Ini adalah transfer nilai hidup dari ayah kepada anak. Transfer nilai adalah semangat Pentakosta.

Sama halnya dengan bacaan Injil hari ini. Yesus menegaskan bahwa Roh Kudus akan hadir dan menemani para murid yang akan bersaksi tentang diri-Nya. Pribadi yang mengalami Pentakosta adalah pribadi yang memperoleh Roh Kudus. Kita yang hidup sekarang ini pun wajib bersaksi tentang Yesus. Apa maksud menjadi saksi? Apakah hanya pandai berbicara dan berkisah tentang Yesus?

Yang dimaksud dengan pribadi yang sudah dicurahi Roh Kudus tentu adalah pribadi yang semakin serupa dengan Yesus. Ia menjadi alter Christus. Pribadinya melambangkan Kristus itu sendiri. Jadi, ini adalah perihal cara bertindak di dalam hidup yang konkret.

Pentakosta adalah momentum bagi diri kita untuk menjadi saksi Kristus. Momentum ini menjadikan kita siap menerima transfer nilai-nilai hidup Yesus di dalam hidup kita. Selama tujuh minggu Paskah, kita sudah mendengarkan kisah kemuliaan dan kebangkitan-Nya. Sekarang kita siap mewartakan kebangkitan-Nya di dalam hidup konkret kita sehari-hari.