Murid yang Dikasihi

Sabtu, 18 Mei 2024 – Hari Biasa Pekan VII Paskah

100

Yohanes 16:20-25

Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: “Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?” Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.”

Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.”

Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.

Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

***

Tradisi berpandangan bahwa penulis Injil Yohanes adalah Yohanes, satu dari dua belas murid Yesus. Ia termasuk di antara tiga murid yang paling dekat dengan Yesus. Ia juga menuliskan Injilnya berdasarkan pengalamannya sebagai rasul Kristus. Yohanes menyebutkan bahwa Injilnya adalah kesaksian yang benar tentang Yesus.

Kita perlu bersyukur bahwa kesaksian Yohanes sampai ke tangan kita. Kita bisa mengenal Yesus secara lebih mendalam berkat dia yang adalah saksi mata terdekat. Sebagai sebuah kesaksian, Injil Yohanes menggambarkan pengenalan Yohanes yang mendalam dan khas tentang Yesus. Hal inilah yang membedakan Injil Yohanes dengan Injil-Injil sinoptik.

Yohanes menulis Injilnya juga dengan maksud agar kita percaya kepada Yesus. Ia memperkenalkan diri sebagai murid yang dikasihi. Itu artinya kasih mewarnai diri dan Injil yang ditulisnya. Yohanes menyatakan bahwa sebenarnya masih banyak hal yang harus dituliskannya tentang Yesus, tetapi dunia tidak akan cukup untuk memuatnya. Ungkapan hiperbolis ini menggambarkan kasih berlimpah yang dirasakannya, juga dimaksudkan agar kita percaya dengan semua yang telah ditulisnya, serta akan kasih Allah kepada kita.

Saudara-saudari terkasih, ungkapan hati Yohanes itu mengingatkan kita untuk memperdalam relasi kita dengan Allah. Seperti Yohanes, marilah kita menggali pengalaman hidup kita. Mari kita merefleksikan sejarah hidup kita sendiri. Sejarah hidup kita merupakan kisah Allah yang mengasihi kita secara personal. Di dalam pengalaman hidup kita, Allah menyapa kita dan mengungkapkan kasih-Nya. Semoga berkat refleksi tersebut, iman kita semakin diteguhkan. Tuhan memberkati.