Tinggal di Dalam Kasih

Selasa, 14 Mei 2024 – Pesta Santo Matias

102

Yohanes 15:9-17

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

***

Yesus memerintahkan para rasul untuk tinggal dalam kasih-Nya. Ia menghendaki agar para rasul menghayati perintah kasih. Yesus menyatakan bahwa kerelaan berkorban dan persahabatan merupakan indikator kasih. Ia sendiri menunjukkan hal itu kepada mereka. Dipandang-Nya para rasul sebagai sahabat-sahabat-Nya. Ia juga mencontohkan kasih penuh pengorbanan kepada para rasul melalui peristiwa Paskah. Yesus menghendaki agar para rasul mengikuti jejak-Nya. Ia akan bersukacita kalau para rasul bersedia untuk saling mengasihi.

Kita percaya kepada Yesus berkat pewartaan para rasul. Iman inilah yang membuat kita juga tinggal di dalam kasih Kristus. Karena itu, kita terikat pada perintah kasih. Kita perlu merenungkan sabda Yesus ini: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Dari sabda Yesus ini, kita diajak untuk mengembangkan sikap rela berkorban. Berkorban berarti merelakan sesuatu berharga, bukan sisa atau hal yang tidak berguna lagi. Selanjutnya, motivasi berkorban adalah mengasihi, bukan memenuhi kepentingan diri.

Saudara-saudari terkasih, marilah kita mengikuti jejak para rasul. Kita mengasihi seperti Yesus. Santo Matias menjadi teladan kita. Ia setia mengikuti Yesus sejak sang Guru berkarya di muka umum. Kesetiaan itu menghantar dirinya masuk ke dalam kalangan para rasul. Ia dipilih menggantikan Yudas Iskariot. Rasul Matias mewartakan Injil di daerah Yudea, kemudian pergi ke Kapadokia dan arah Laut Kaspia, lalu menjadi martir di sana. Rasul Matias, doakanlah kami.