Bersatu sebagai Tubuh Kristus

Kamis, 9 Mei 2023 – Hari Raya Kenaikan Tuhan

198

Efesus 4:1-13

Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Itulah sebabnya kata nas: “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.” Bukankah “Ia telah naik” berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi daripada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.

***

Hari ini, bersama-sama kita merayakan Hari Raya Kenaikan Tuhan. Sebagai bacaan kedua, kita akan mendengarkan Ef. 4:1-13, yang mana dalam suratnya kepada jemaat di Efesus ini, Paulus menyerukan kesatuan umat. Sebagai orang-orang yang dipanggil Tuhan, jemaat Kristen di Efesus diajak untuk hidup selaras dengan panggilan itu, yakni dengan bersikap rendah hati, lemah lembut, sabar, serta saling membantu. Jika jemaat bersatu, tubuh Kristus akan semakin kuat.

Mari kita melihat lingkungan kita masing-masing dan bertanya: Sudahkah umat Katolik di paroki kita menaati nasihat Paulus di atas, sehingga tercipta kehidupan yang bersatu padu, rukun dan damai, serta saling mengasihi satu sama lain? Kalau boleh jujur, rasa-rasanya hal itu masih jauh dari harapan. Ajakan agar segenap umat menepati ajaran Injil tentu dikumandangkan setiap waktu. Akan tetapi, kehidupan menggereja kita sering kali masih dipenuhi dengan konflik, skandal, dan perpecahan.

Ada yang merasa menang karena pendapat dan keberadaannya diterima, ada yang merasa kalah. Yang menang menjadi sombong, lalu menguasai jalannya kehidupan bersama dengan ide dan kemauannya sendiri. Sementara itu, yang kalah kemudian menyingkirkan diri dan merasa alergi dengan segala macam kegiatan Gereja. Pasca-kenaikan Yesus ke surga, Gereja bisa ambruk kalau semua orang bersikap seperti itu.

Gereja adalah suatu komunitas dengan anggota yang memiliki aneka ragam latar belakang. Wajar jika di dalamnya sekali waktu terjadi perbedaan pendapat. Hal itu muncul karena setiap orang punya gagasan maupun sudut pandang sendiri. Namun, menjadi tidak wajar kalau perbedaan itu berlangsung berlarut-larut, lalu berujung pada kebencian dan perpecahan di kalangan umat. Dalam perayaan kenaikan Yesus ke surga hari ini, mari kita menjadikan momentum kepergian-Nya sebagai alasan untuk bersatu, alih-alih terpecah satu sama lain. Kesatuan jemaat menjadi bukti bahwa sebagai tubuh Kristus, kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.