SURABAYA, LBI – Dalam rangka mengembangkan kualitas Kerasulan Kitab Suci (KKS), Komisi KKS keuskupan-keuskupan di Regio Jawa mengadakan acara rutin tahunan, yaitu temu karya Komisi KKS di Country Heritage Hotel, Surabaya. Para peserta yang hadir adalah para ketua Komisi KKS dan tim, yang merupakan delegatus dari setiap keuskupan, yaitu Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bandung, Keuskupan Bogor, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Purwokerto, Keuskupan Malang, dan Keuskupan Surabaya sebagai tuan rumah. Tema yang diusung dalam temu karya ini adalah: “Firman-Mu Terang bagi Jalanku.”
Acara dibuka dengan misa pembukaan yang dipimpin oleh administrator keuskupan Surabaya Rm. Yosef Eko Budi Susilo Pr, didampingi oleh Rm. Albertus Purnomo OFM (ketua LBI), Rm. Iswadi Prayidno Pr (ketua Komisi KKS Keuskupan Surabaya), Rm. Josep Ferry Susanto Pr (ketua Komisi KKS Keuskupan Agung Jakarta), Rm. Adi Indiantono Pr (ketua Komisi KKS Keuskupan Bogor), Rm. Matius Widyolestari MSC (ketua Komisi KKS Keuskupan Purwokerto), Rm. Adi Sapto Nugroho Pr (ketua Komisi KKS Keuskupan Agung Semarang), Rm. Andreas Krishna Gunawan Pr, Rm. Ignasius Budiyono O.Carm, dan Rm. Gregorius Tri Wardoyo CM.
Temu karya ini diawali dengan sharing kegiatan KKS dari beberapa keuskupan. Keuskupan Agung Jakarta, melalui Rm. Josep Susanto dan timnya, mensharingkan kegiatan KKS seperti festival bulan Kitab Suci, lomba narasi Kitab Suci, lomba Bible Talent Show, kursus Kitab Suci paket A, B, C, D, E, dan F yang diselenggarakan dalam sinergi dengan beberapa paroki, kursus tematik Kitab Suci, workshop fasilitator lingkungan, serta hari studi fasilitator sebagai pembekalan dan pengembangan pengajar KKS setiap bulan, minggu ke-2, pada hari Sabtu secara daring mupun luring.
Bpk. Triatmoko Kusdianto mensharingkan kegiatan KKS di Keuskupan Bandung, khususnya pelaksanaan BKSN 2023. Komisi KKS mengadakan lomba storytelling Kitab Yunus bagi anak-anak dengan kelompok usia. Peserta diminta untuk bercerita menurut pengetahuan dan pemahaman mereka tentang siapa dan peran Nabi Yunus, kemudian mengirimkan rekamannya berupa video dan ditampilkan melalui YouTube Komsos Keuskupan Bandung. Komisi KKS Bandung juga mengadakan kegiatan Baki Cireng (Baca Kitab Suci Bareng). Selain sharing kegiatan, Bpk. Triatmoko juga mengungkapkan tantangan untuk menemukan aktivis KKS dari remaja dan kaum muda. Banyak aktivis yang telah berusia lanjut dan untuk regenerasi dirasakan sulit. Tantangan lainnya, minat dan ketertarikan umat akan Kitab Suci masih perlu ditingkatkan karena mereka masih merasa bahwa pembahasan Kitab Suci hanyalah milik kaum tertahbis dan pewarta saja. Untuk itu, ada upaya kerja sama dengan Komisi Kateketik untuk mengadakan kursus fasilitator lingkungan.
Rm. Matius Widyolestari MSC bersama tim mensharingkan kegiatan KKS di Keuskupan Purwokerto. Dalam sharingnya disadari keterbatasan sumber daya manusia dalam KKS. Karena itu, pertama-tama Komisi KKS keuskupan sedang berusaha melengkapi orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan komisi. Dalam rangka BSKN, beberapa paroki di Keuskupan Purwokerto mengadakan berbagai kegiatan lomba seperti cerdas tangkas, serta lomba lektor dan pemazmur. Tantangan yang dihadapi adalah konsolidasi anggota komisi, sebab keanggotaan belum tetap dan sering terjadi pergantian. Sekretariat Komisi KKS mengikuti tempat tugas ketua komisi. Belum ada semacam kantor komisi yang terpusat di satu tempat, misalnya di keuskupan. Berkaitan dengan BKSN, mengingat masih terdapat beberapa stasi yang menggunakan bahasa daerah (bahasa Jawa) dalam pertemuan BKSN, sebenarnya diperlukan penerjemah panduan BKSN dalam bahasa Jawa, tetapi tenaga sangat terbatas atau bahkan tidak ada.
Sharing karya KKS Keuskupan Malang dibawakan oleh Ibu M.T. Eleine Magdalena (koordinator Komisi KKS Regio Jawa). Tim Komisi KKS Keuskupan Malang membuat program Berkat (Bersama Kita Baca Alkitab Tiap Hari) untuk anak-anak, remaja, dan dewasa yang diselenggarakan secara daring. Sejauh pengalaman yang ada, ketika anak membaca, orang tua mau tidak mau ikut mendampingi, sehingga seluruh keluarga ikut tergerak untuk berpartisipasi dalam membaca Kitab Suci. Di samping itu, ada sejumlah kegiatan lain seperti Bible for Life (seminar Kitab Suci tentang tema-tema populer tertentu), animasi BKSN, festival BKSN, festival bertutur Alkitab, serta kursus pewarta dan fasilitator Kitab Suci.
Selanjutnya, Rm. Adi Sapto Wibowo Pr mensharingkan kegiatan KKS di Keuskupan Agung Semarang. Dalam sharingnya, diceritakan beragam kegiatan yang rutin dan bersifat tematis, yaitu pertemuan rutin komisi (setiap bulan di kevikepan dan setiap tahun di keuskupan), seminar tematis Kitab Suci (luring dan daring), BKSN, serta sekolah Kitab Suci untuk dewasa, OMK, dan anak-anak. Sekolah Kitab Suci anak dilaksanakan melalui kerja sama dengan sekolah-sekolah Katolik di Keuskupan Agung Semarang. Sejumlah tantangan yang dihadapi oleh Komisi KKS di Keuskupan Agung Semarang adalah jumlah kehadiran umat dan pelaksanaan di tingkat paroki yang tidak maksimal. Namun, pelaksanaan kegiatan-kegiatan KKS tersebut membentuk semacam jejaring penggerak Kitab Suci dan menumbuhkan keinginan untuk khatam Kitab Suci.
Tim Komisi KKS Keuskupan Bogor mensharingkan berbagai macam aktivitas KKS seperti distribusi buku ibadah keluarga, sosialisasi BKSN, pelatihan fasilitator, Emmaus Journey, serta gerakan umat membaca Alkitab yang dipelopori oleh uskup Bogor.
Rm. Iswadi Prayidno Pr mensharingkan kegiatan KKS di Keuskupan Surabaya. Berdasarkan pengalaman seksi KKS di paroki dan Keuskupan Surabaya, konteks KKS sangat beragam. Sementara di kota tidak ada kesulitan berkenaan dengan sumber daya manusia dan fasilitas KKS, di wilayah pedesaan kesulitan ini sangat dirasakan. Yang menguatkan KKS adalah dukungan pastor paroki dan beberapa pewarta lulusan dari Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP). Beberapa aspek yang sudah berkembang adalah minat belajar Kitab Suci dan kelompok membaca Kitab Suci. Selain itu, dirasakan kebutuhan yang mendesak, yaitu pengadaan Alkitab Deuterokanonika TB2, pengembangan spiritualitas pengurus KKS tingkat paroki dan lingkungan, pengaderan fasilitator KKS, pedoman dan modul dari Komisi KKS untuk paroki, pelatihan pemandu pendalaman Kitab Suci, pelatihan memberikan renungan bagi kaum awam, dan kursus-kursus Kitab Suci. Kebutuhan ini sedang dan akan dipenuhi secara efektif dalam langkah selanjutnya. Menurut Romo Iswadi, yang menjadi tujuan akhir KKS adalah tumbuhnya keinginan untuk rutin membaca dan memahami firman Allah.
Setelah sharing kegiatan KKS di setiap keuskupan, pertemuan dilanjutkan dengan mendengarkan talkshow seputar pengenalan Kitab Suci umat lintas agama. Dalam kesempatan ini dihadirkan Dr. Loeksino Choiril Warsito dari agama Islam (dosen prodi Akidah Filsafat Islam UIN Sunan Ampel), Dr. Goktondi Pasaribu dari agama Kristen, Drs. Agus Wijaya, Msi (ketua umum DPP Dosen Hindu Indonesia), Rahula Hananuraga dari agama Buddha (dosen bahasa Inggris Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya). Sebagai moderator dari acara talkshow ini adalah Ibu Ilien Wibowo dari Keuskupan Surabaya.
Berikut adalah sejumlah poin penting yang dapat dipetik dari talkshow ini. Menurut Dr. Loeksino, dalam agama Islam ada perintah suci dalam hati umat Islam untuk mewariskan kepada anak cucu tradisi-tradisi mencintai kitabnya, yaitu Al-Qur’an. Tanggung jawab menanamkan rasa cinta kepada Kitab Suci berada di tangan keluarga, tetapi dengan satu syarat, yaitu bahwa orang tua harus bisa menjadi panutan. Jika orang tua terlalu sibuk, penanaman untuk mencintai Kitab Suci dilaksanakan di tempat-tempat pendidikan informal seperti Tempat Pendidikan Al-Qur’an, tempat ibadah, dan medsos.
Dr. Goktondi Pasaribu menjelaskan bahwa dalam tradisi Gereja Kristen Protestan, sudah terbentuk penanaman ajaran dasar bahwa menghormati perkataan-Nya berarti menghormati oknum yang berfirman, yaitu Allah. Alkitab dapat dipandang sebagai surat cinta dari Allah. Orang yang membaca Kitab Suci berarti berada di jalan keselamatan. Dengan kata lain, Kitab Suci merupakan tutorial menuju hidup kekal.
Menurut Bpk. Agus Wijaya, dalam tradisi Hindu, umat mencintai Weda, Kitab Suci agama Hindu, karena mereka meyakini bahwa Weda adalah kitab yang berisi pengetahuan dari Tuhan (Brahman) dan membuat mereka yang membacanya menjadi cerdas. Menurut beliau, cara mencintai Kitab Suci ada berbagai cara atau metode, yaitu dharma gita (dinyanyikan), dharma wacana (diceramahkan), dharma santi (disampaikan dalam acara yang membuat orang bersukacita, seperti festival), dharma sadhana (diperkenalkan dalam kegiatan retret), dan dharma yatra (diajarkan dalam perjalanan suci atau ziarah).
Sementara itu, menurut Bpk. Rahula Hananuraga, dalam tradisi agama Buddha, pengenalan Kitab Suci sudah diterapkan sejak kecil. Pengajaran mulai dengan membaca buku Parita Suci. Bagi umat Buddha, Kitab Suci adalah pegangan untuk hidup. Namun, penting untuk diingat: Kitab Suci untuk hidup, bukan hidup untuk Kitab Suci.
Selain menjelaskan tentang metode pengajaran Kitab Suci, para narasumber juga menceritakan tantangan dalam pengajaran Kitab Suci. Menurut Dr. Loeksino, dalam agama Islam, tantangan utamanya berkenaan dengan bahasa. Dalam Al-Qur’an yang dipakai adalah bahasa Arab, tetapi bukan bahasa Arab di Makkah alias tidak murni bahasa Arab, sehingga diperlukan tafsiran. Karena itu, tafsiran dalam Al-Qur’an sangatlah penting. Kendalanya, tidak semua orang mampu menjadi mufasir atau penafsir teks.
Dr. Goktondi Pasaribu selanjutnya menjelaskan, tantangan pengajaran Kitab Suci dalam Gereja Kristen adalah kesulitan memahami nas Alkitab dan metode pemahaman di tiap level pembaca Kitab Suci. Ini yang dialami oleh sejumlah pengajar Kitab Suci. Selain itu, minat setiap orang Kristen terhadap Kitab Suci juga berbeda. Misalnya, kaum muda lebih suka mendengarkan pengajaran Kitab Suci dengan talkshow.
Dalam agama Hindu, menurut Bpk. Agus Wijaya, tantangan utamanya adalah masalah bahasa, sebab bahasa Kitab Suci Weda adalah bahasa Sansekerta yang sering disebut sebagai bahasa dewa. Selain itu, motivasi untuk mempelajari Kitab Suci cenderung berkurang. Salah satu metode untuk membangkitkan motivasi adalah mengajar dengan cerita, seperti kisah Mahabharata dan Ramayana. Sementara itu, tantangan mengajarkan Kitab Suci dalam agama Buddha, menurut Bpk. Rahula, terletak dalam guru dan cara pengajarannya.
Pada hari berikutnya, tanggal 4 Mei 2024, Rm. Iswadi Prayidno Pr memberi arahan tentang BKSN 2024 yang bertemakan Allah Sumber Keadilan, disusul dengan serba-serbi dan informasi dari LBI yang disampaikan oleh Rm. Albertus Purnomo OFM. Pertemuan ditutup pada tanggal 5 Mei 2024 dengan penyerahan tunas kacang hijau kepada Komisi KKS Keuskupan Agung Semarang selaku tuan rumah pertemuan Komisi KKS Regio Jawa selanjutnya.***(Reportase: Albertus Purnomo OFM)