Yohanes 15:1-8
“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”
***
Perbedaan pendapat ternyata tidak hanya terjadi pada zaman kita ini saja. Sejak zaman dahulu, perbedaan pendapat dan pemikiran sudah ada, dan bahkan terjadi juga di antara para murid Yesus. Perbedaan pendapat terjadi ketika melalui pewartaan Paulus ada banyak orang bukan Yahudi menjadi Kristen dan disuruh mengikuti adat istiadat Yahudi. Supaya persoalan mengenai adat istiadat ini tidak berkepanjangan, Paulus ingin mencari solusi dari para rasul di Yerusalem (bacaan pertama hari ini, Kis. 15:1-6).
Saudara-saudari yang terkasih, tidak jarang kita menemui komunitas atau organisasi yang memiliki masalah internal. Ujung-ujungnya komunitas atau organisasi itu pecah karena tidak fokus pada solusi, namun saling menyalahkan. Ada hal utama yang harus kita ingat dalam pencarian solusi, yakni carilah kemungkinan solusi terbaik untuk kedua belah pihak dan temukanlah strategi untuk menyelesaikannya.
Bagaimana cara untuk menemukan solusi? Kita dapat belajar dari Paulus. Alih-alih berdebat dengan orang-orang yang berbeda pendapat dengannya, ia pergi kepada para rasul yang menjadi pemegang dan pewaris utama ajaran Yesus. Paulus dan para rasul di Yerusalem menyadari bahwa mereka adalah bagian dari pokok anggur, sehingga harus selalu kembali kepada ajaran Yesus. Mereka pun bersepakat dan mencari solusi bersama atas persoalan yang sedang mereka hadapi.
Sering kali kita mengalami hal yang sama, baik ketika berhadapan dengan saudara-saudari seiman maupun dengan orang-orang di luar komunitas kita. Kadang-kadang kita menjadi marah dan tidak menemukan jalan keluar. Ada juga yang memiliki kebiasan buruk dengan memanfaatkan perseteruan untuk keuntungan dirinya sendiri. Orang yang demikian adalah orang yang fokus membuat polusi, bukan mencari solusi. Tuhan mengajak kita untuk menjadi pembuat solusi, bukan polusi.
Hari ini, secara fakultatif Gereja semesta memperingati St. Yusuf Pekerja. Bekerja adalah salah satu solusi agar orang tidak memiliki kencenderungan membuat polusi. Orang yang fokus pada pekerjaannya tidak akan punya waktu untuk berpikir negatif. Semoga teladan hidup St. Yusuf membantu kita menghindari polusi dan menemukan solusi atas setiap persoalan hidup ini. Tuhan memberkati.