Berani karena Benar

Minggu, 28 April 2024 – Hari Minggu Paskah V

114

Yohanes 15:1-8

“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

***

Saudara-saudari yang terkasih, kita tahu belakangan ini banyak fenomena kekekerasan yang terjadi di masyarakat kita, baik yang terjadi di lingkungan keluarga, lingkungan kerja, bahkan lingkungan pendidikan. Tidak sedikit orang dewasa maupun anak-anak yang baik dan benar menjadi korban dari orang-orang yang jahat dan licik.

Sejak zaman Yesus, orang-orang yang jahat dan licik selalu ada. Mereka cenderung ingin menyengsarakan orang-orang yang baik, agar mereka bisa melanggengkan kejahatan mereka. Sewaktu kecil, saya diajarkan oleh orang tua saya untuk tidak takut menghadapi orang-orang yang berlaku tidak baik atau jahat kepada saya, dengan pesan: “Berani karena benar, takut karena salah.” Santo Yohanes dalam suratnya (bacaan kedua hari ini, 1Yoh. 3:18-24) mengatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah.”

Saulus yang sudah menjadi Paulus dan murid-murid Yesus yang lain adalah orang-orang yang benar dalam perkataan dan perbuatan. Saulus yang dahulu menganiaya para pengikut Kristus mengumpulkan keberanian untuk mendatangi mereka, tentunya untuk meminta maaf (bacaan pertama hari ini, Kis. 9:26-31). Ia menyadari kesalahannya setelah memperoleh pengenalan yang benar akan Yesus. Saya membayangkan, tentulah Paulus sangat bergulat dengan dirinya, apakah para pengikut Yesus, khususnya para rasul, mau menerimanya atau tidak. Untuk membuktikan bahwa ia bukan Saulus yang berada di jalan yang sesat, Paulus menjadi pewarta ulung bagi orang-orang bukan Yahudi.

Demikian pula dengan para murid dan bahkan Yesus dendiri. Mereka tidak pernah takut menyuarakan kebenaran yang mereka ketahui. Saudara-saudari, apa yang harus kita lakukan supaya bisa bertindak dengan benar? Yesus mengajak kita untuk menempel pada pokok anggur yang sejati, yakni diri-Nya. Menempel berarti bersatu dengan Kristus yang memberi hidup. Berdiam atas ketidakadilan dan kelaliman adalah wujud dari keikutsertaan kita kepada ketidakbenaran. Orang Katolik adalah orang yang dipanggil Tuhan untuk menjadi orang yang berani dalam menyatakan kebenaran. Tuhan memberkati.