Apakah Kita Mengenal Dia?

Kamis, 21 Maret 2024 – Hari Biasa Pekan V Prapaskah

155

Yohanes 8:51-59

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?” Jawab Yesus: “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.

***

Mungkin kita masih ingat dengan cerita tentang Abraham yang diangkat ke layar lebar beberapa waktu lalu. Film ini bercerita tentang perjalanan Abraham dari tanah Kanaan menuju tanah Moria ketika ia diperintahkan Allah dalam mimpinya. Abraham pergi bersama Ishak, anak kesayangannya, dengan ditemani dua orang pembantunya. Iman Abraham diuji oleh Allah ketika ia diminta untuk mempersembahkan  Ishak sebagai kurban bakaran. Dalam perjalanan menuju tanah Moria, hati Abraham penuh dengan kecemasan. Ia berdoa memohon kebaikan hati Allah demi anak satu-satunya yang sangat ia cintai. 

Film ini bercerita tentang iman Abraham yang mengenal dan melihat bahwa kekuasaan tertinggi hanya ada pada Allah. Iman, keteguhan hati, kepercayaan, dan kesetiaan untuk menaati kehendak Allah itu bisa kita contoh. Abraham memuliakan Allah dengan seluruh hidupnya dan rela mempersembahkan anak tunggalnya kepada-Nya.

Apakah kita mengenal Dia? Inilah pertanyaan yang harus selalu kita kaji lebih dalam ketika menjalani hidup ini. Peristiwa suka dan duka kita lalui satu per satu. Dapatkah kita menyelesaikannya dan mengatasinya dengan iman yang selalu percaya kepada Tuhan? Apakah rancangan Tuhan adalah yang terbaik bagi hidup kita?

Banyak hal yang terkadang tidak dapat kita mengerti, yakni ketika suatu peristiwa terjadi di luar kehendak kita, seperti sakit, kecelakaan, kegagalan, dan kematian. Doa dan Ekaristi dapat kita gunakan sebagai cara dan sarana untuk mencari jawaban atas terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut. Tuhan yang maharahim telah menunjukkan dan mengajarkan  kepada kita arti kesetiaan. Kini Ia menunggu dan meminta kita untuk memuliakan-Nya dengan hidup ini, sampai habis waktu yang diberikan-Nya kepada kita.