Harapan Memupuskan Keputusasaan

Senin, 11 Maret 2024 – Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

82

Yohanes 4:43-54

Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Maka setelah Ia tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu.

Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya.” Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: “Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.” Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: “Anakmu hidup.” Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya.

Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.

***

Salah satu tanda kehidupan adalah harapan. Sepanjang perjalanan hidup kita, harapan pasti sering kita panjatkan dalam hati ketika kita berhadapan dengan berbagai situasi dan peristiwa. Kita berharap untuk sembuh ketika sakit, berharap untuk dimaafkan ketika melakukan kesalahan, berharap untuk mendapatkan pekerjaan ketika menganggur, berharap untuk diterima dan dikasihi, dan sebagainya.

Adanya harapan akan memupuskan keputusasaan. Dalam harapan, terkandung iman yang mendalam, kuat, dan tangguh, bahkan dasar dari semua pengharapan kita adalah iman. Kita beriman akan Yesus, Putra Allah, yang mengasihi kita dan yang telah menebus kita dengan nyawa-Nya sendiri. Karena itu, hidup dan iman kita selalu tegak lurus kepada Yesus.

Dalam kesusahan, hendaknya kita selalu menaruh harapan akan pertolongan Tuhan. Tuhan mesti kita jadikan sebagai satu-satunya sumber pengharapan kita, sebab Dialah terang dan keselamatan kita. Bersabarlah dan bertekunlah dalam menanti uluran tangan-Nya.

Hari ini, Yesus dikisahkan menyembuhkan anak seorang pegawai istana yang sakit keras. Anak itu dipulihkan Yesus dari jauh setelah sang ayah memohonkannya kepada-Nya dengan penuh iman. Kepada orang itu beserta dengan seluruh keluarganya, Yesus memberikan kehidupan baru. Lalu, bagaimana dengan kita? Mari kita jadikan perjumpaan kita dengan Yesus sebagai saat untuk semakin percaya dan untuk menyembah-Nya dengan tulus. Jadikan hidup harian kita sebagai pewartaan bahwa kasih Allah benar-benar mengubah dan menjadikan kita pribadi yang baru.