Kesempurnaan Iman dalam Tindakan

Selasa, 27 Februari 2024 – Hari Biasa Pekan II Prapaskah

87

Matius 23:1-12

Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

***

Praktik dan teori sama-sama penting. Di sekolah, nilai para murid terdiri dari nilai teori dan nilai praktik. Begitu pula dalam kehidupan, praktik merupakan tanda kedewasaan yang wajib dilaksanakan setiap orang. Kesalahan ahli Taurat dan orang Farisi adalah: Mereka kurang melaksanakan praktik hidup. Kendati secara pengetahuan sangat mumpuni, mereka tidak mengaplikasikan hidup beragama ke dalam praktik hidup yang benar. Karena itu, mereka mendapat kecaman dari Yesus. Yesus menghendaki adanya keseimbangan antara daya intelektual dan kemampuan untuk mempraktikkannya dalam dinamika hidup sehari-hari.

Kualitas iman setiap pribadi dapat dilihat dari praktik hidupnya. Ada orang yang tidak mengerti ilmu teologi atau aturan liturgi secara detail, tetapi praktik hidupnya begitu matang dan imannya begitu tangguh. Rajin mengikuti perayaan Ekaristi, tekun berdevosi, setia mengikuti Sakramen Tobat, dan selalu baik kepada sesama merupakan beberapa praktik hidup yang menandakan pribadi dengan iman yang mendalam.

Demikianlah kita diajak untuk memperhatikan praktik hidup beriman secara serius. Indikasinya tampak secara menyeluruh dalam praktik hidup sehari-hari. Melalui praktik nyata, yakni dalam karya-karya yang dikerjakan-Nya, Yesus mengajarkan bahwa kasih Allah itu sempurna dan tidak terbatas. Menyembuhkan, mengampuni, membuat mukjizat, dan membangkitkan dari kematian merupakan cara Yesus mewujudkan kasih Allah bagi dunia.

Dalam Masa Prapaskah ini, praktik hidup beriman bisa kita wujudkan dengan memperbanyak kasih kepada sesama. Ada pendalaman iman yang bisa membuat kita saling menguatkan melalui sharing bersama. Ada pula kotak APP yang menegaskan semangat solidaritas sebagai orang beriman melalui amal kasih kepada mereka yang menderita. Kedewasaan iman semakin terasah ketika kita mau melakukan tindakan baik yang berorientasi pada keselamatan bagi semakin banyak orang. Selamat menghayati Masa Prapaskah sebagai kesempatan menyempurnakan teori akan iman ke dalam praktik hidup sehari-hari.