Murah Hati seperti Allah Bapa

Senin, 26 Februari 2024 – Hari Biasa Pekan II Prapaskah

125

Lukas 6:36-38

“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

“Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

***

Panggilan menjadi murah hati adalah tugas kita semua sebagai murid Yesus. Kemurahan hati terbentuk dari kerelaan dan keikhlasan. Walaupun secara manusiawi membentuk diri menjadi murah hati itu susah, kita dituntut untuk berjuang tanpa henti. Dianggap susah, sebab nalar manusiawi kadang mengajak kita untuk menjadikan kenyamanan diri sendiri sebagai prioritas utama, padahal orientasi jalan hidup murah hati adalah orang lain. Memperhatikan orang lain menjadi fokus yang sama kualitasnya sebagaimana memperhatikan diri sendiri. Belajar bermurah hati seperti Allah Bapa menjadi wujud konkret pengutusan yang dikehendaki Yesus. 

Bentuk kemurahan hati yang dikehendaki Yesus adalah kesediaan untuk mengampuni, mengasihi tanpa pandang bulu, berbagi, tidak menghakimi, serta tidak menghukum. Itu semua bermuara pada kesuburan kasih dalam hidup sosial. Karena itu, kita perlu memohon kepada Allah semangat mengasihi. Kita perlu mengalami terlebih dulu kasih Allah, sehingga bisa memperhatikan sesama berbekal kasih Allah tersebut. Dunia ini tidak pernah kekurangan aneka pemandangan yang indah. Dunia ini hanya kekurangan semangat mengasihi dan kemauan bermurah hati tanpa henti. Sebagaimana Allah mengasihi kita, siapa pun kita, begitulah kita harus bersikap kepada orang lain.

Menjadi murah hati berarti menjauhi sikap sombong, egois, dan mencari nyaman sendiri. Percayalah bahwa ketika kita semakin fasih dan rajin bermurah hati, Allah akan memberi berkat yang kita butuhkan. Namun, orientasinya bukanlah mencari berkat itu, melainkan untuk mendayagunakan hidup kita bagi orang lain. Apresiasi merupakan hak Allah. Mari kita belajar untuk terus bermurah hati selagi ada kesempatan hidup bersama orang lain. Allah sudah memberi, maka kita pun wajib berbagi. Mari kita mohon rahmat kerelaan dan keikhlasan agar sanggup mengamalkan kemurahan hati sebagai sikap hidup sehari-hari.