Simon, Sang Batu Karang

Kamis, 22 Februari 2024 – Pesta Takhta Santo Petrus

210

Matius 16:13-19

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”

***

Perikop tentang pengakuan Petrus dalam Injil Matius memiliki dua makna. Pertama, mau mengungkapkan identitas Yesus. Kedua, menunjukkan peran penting Petrus dalam jemaat. Masyarakat menganggap Yesus sebagai salah seorang nabi, tetapi bagi Yesus, itu tidak cukup. Karenanya, Yesus lalu mengajukan pertanyaan kepada para murid mengenai siapa diri-Nya menurut mereka. Para murid selalu berada di dekat-Nya dan menyertai perjalanan-Nya. Tentunya mereka mengenal Dia dengan lebih baik.

Petrus sebagai yang terkemuka di kelompok dua belas murid unjuk bicara mewakili rekan-rekannya. Ia telah melihat karya-karya besar yang dilakukan Yesus. Dengan lantang, ia menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Pengakuan Petrus membuat Yesus terkesan. Ia melihat pernyataan murid-Nya itu sebagai pewahyuan dari Bapa di surga. Disebut-Nya Petrus berbahagia, sebab Bapa berkenan memilih dirinya sebagai alat untuk menyampaikan firman-Nya.

Giliran Yesus yang kemudian memberi pengakuan tentang diri Simon Petrus. Dinyatakan-Nya Simon sebagai Petrus, si batu karang. Di tengah terjangan ombak yang dahsyat, Petrus akan tetap tegar bagaikan batu karang. Ia juga akan memainkan peran mendasar bagi perkembangan jemaat pengikut Yesus, sehingga jemaat itu akan kokoh, tidak akan binasa menghadapi berbagai kesulitan dan penganiayaan. Petrus juga diberi kuasa yang sangat besar dan menentukan, yang di sini diistilahkan sebagai kunci Kerajaan Surga.

Itulah sosok Simon Petrus yang takhtanya kita rayakan secara khusus hari ini. Peran penting yang dimainkannya dalam kelompok para rasul dan jemaat Kristen perdana tak terbantahkan. Yesus memang berharap banyak pada diri Petrus, dan boleh dikatakan “lebih berhasil” dengan dia dibandingkan dengan murid-murid yang lain. Tradisi Katolik kemudian memandang Petrus sebagai paus yang pertama. Namun, harus diakui bahwa Petrus tidak selalu bersikap setegar batu karang. Dia itu manusia biasa yang juga punya banyak kelemahan. Dia bahkan sampai menyangkal gurunya sendiri. Syukurlah Petrus segera menyesal, dan kembali mengingat tugas serta panggilannya sebagai rasul Kristus. Pantas kiranya dia menjadi salah satu pilar iman Kristen yang sangat dihormati.