Suara Kebenaran

Minggu, 17 Desember 2023 – Hari Minggu Adven III

97

Yohanes 1:6-8, 19-28

Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.

Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: “Siapakah engkau?” Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias.” Lalu mereka bertanya kepadanya: “Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?” Dan ia menjawab: “Bukan!” “Engkaukah nabi yang akan datang?” Dan ia menjawab: “Bukan!” Maka kata mereka kepadanya: “Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?” Jawabnya: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.”

Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. Mereka bertanya kepadanya, katanya: “Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” Yohanes menjawab mereka, katanya: “Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang sesudah aku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”

Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis.

***

Di tengah maraknya baliho-baliho besar bergambarkan wajah para calon wakil rakyat dan pemimpin bangsa, liturgi Gereja pada hari Minggu Adven yang ke-3 ini menampilkan tokoh Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembapis adalah perintis jalan bagi Yesus. Dialah pribadi yang mempersiapkan kedatangan Mesias. Ketika Yesus datang, Yohanes menunjukkan kepada para muridnya bahwa Yesus itulah Mesias, Terang yang benar, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Saya tertarik untuk mengajak kita semua merefleksikan lebih mendalam sosok Yohanes Pembaptis sebagai persiapan rohani kita untuk menyongsong kehadiran sang Juru Selamat dalam hidup kita.

Pertama, kerendahan hati. Siapa yang tidak mengenal sosok Yohanes Pembaptis? Pada zamannya, banyak orang percaya kepadanya, mengikuti dia, dan akhirnya menjadi muridnya. Murid-murid Yohanes menyamakan dia dengan Elia, bahkan Yesus pun memandang dia sebagai orang yang terakhir dan yang terbesar dalam urutan para nabi. Namun, Yohanes Pembaptis tetap rendah hati. Ia menyadari siapa dirinya dan tahu bagaimana menempatkan diri. Bagi Yohanes, bukan dia terpenting, melainkan Yesus. Dia sendiri hadir dan tampil sebagai orang yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan.

Kedua, kesaksian hidup. Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian siapakah yang harus dinantikan. Kesaksian ini bukan sekadar dalam bentuk kata-kata, melainkan juga tindakan nyata. Yohanes Pembaptis mengarahkan dirinya pada sang Mesias. Dia menghidupi kata-katanya dengan hidup secara lurus dan benar di hadapan Tuhan.

Ketiga, kebenaran. Kata-kata Yohanes benar; kesaksian hidupnya pun benar. Yohanes menunjukkan kepada orang-orang tentang kebenaran itu sendiri. Nilai-nilai kebenaran terus-menerus diperjuangkan sampai akhir hidupnya. Dia mencurahkan darahnya, dipenggal kepalanya karena kebenaran.

Saudara-saudari yang terkasih, dalam persiapan batin menyongsong kelahiran Tuhan, marilah kita meneladan atau menghidupi kembali spiritualitas Yohanes Pembaptis. Di tengah godaan akan kedudukan, kekuasaan, dan kehormatan, marilah kita belajar menjadi pribadi yang rendah hati. Kerendahan hati adalah cikal bakal tumbuhnya benih-benih keutamaan. Semoga kerendahan hati kita menumbuhkan benih-benih pertobatan dan pengampunan di dalam diri kita.

Selain itu, di tengah masa kampanye sekarang ini, di tengah obralan janji dan godaan untuk menampilkan citra diri di mana-mana, semoga kita mampu menjadi pribadi yang memiliki integritas dengan kesaksian hidup kita. Kata dan tindakan nyata kita harus selaras. Yohanes Pembaptis memberi kita teladan tentang kejujuran, kebenaran, dan jalan yang lurus kepada Tuhan. Semoga muncul Yohanes-Yohanes masa kini, dan semoga kita salah satunya!