Lukas 21:34-36
“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”
***
Ada sebuah pepatah dalam bahasa Latin yang cukup menggelitik: Qui bibit, dormit; qui dormit, non peccat; qui non peccat, sanctus est; ergo: qui bibit sanctus est. Terjemahannya adalah “siapa yang minum (mabuk), ia tidur; siapa yang tidur, ia tidak berbuat dosa; siapa yang tidak berbuat dosa, ia adalah suci; karena itu: siapa yang minum (mabuk) adalah suci”. Tentu saja pepatah ini tidak sesuai dengan pesan Yesus hari ini. Ia berkata, “Hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan.”
Bacaan Injil hari ini masih berbicara tentang hari Tuhan yang akan datang. Di masa penantian ini, Yesus mengingatkan kita supaya menjaga diri dari pesta pora dan kemabukan, serta kepentingan-kepentingan duniawi. Seruan Yesus sangat jelas, “Jagalah dirimu.” Pesta pora, kemabukan, dan kepentingan-kepentingan duniawi bisa membuat kita lupa diri, membuat kita tidak memiliki kesadaran penuh. Itu semua membuat kita buta, sehingga menghalangi kita untuk mengenali Tuhan yang akan datang. Ini seperti halnya anak muda yang terlalu asyik dengan telepon genggamnya sampai lupa untuk makan, lupa dengan teman sekitar, bahkan bisa jadi lupa dengan orang tua yang ada di dekatnya. Tuhan mengingatkan kita agar jangan sampai kita hilang kesadaran, lupa bahwa kita sedang dalam penantian untuk bersatu dengan Dia, sang Kasih.
Resep ampuh ditawarkan oleh Yesus, “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa.” Ini adalah pesan yang sama dengan yang disampaikan Yesus kepada para rasul yang menemani-Nya di Taman Getsemani. Berjaga dan berdoa merupakan cara untuk mencegah hati supaya tidak condong pada kejahatan. Hati merupakan tempat perjumpaan kita dengan Tuhan, khususnya dalam doa. Apabila hati kita baik, kiranya baik jugalah sikap, perkataan, dan perbuatan kita.
Menjaga hati sebagai tempat perjumpaan dalam doa dengan Tuhan tidaklah mudah. Doa kita mungkin terkadang menjadi dangkal dan kering, tetapi bagaimanapun kita harus tetap setia dan berjaga-jaga. Dalam doa, kita bukan hanya bertemu dengan Tuhan, melainkan juga dengan diri kita yang terdalam, diri kita yang tidak dikenal orang lain atau mungkin diri kita yang kita tolak. Janganlah kita berpesta pora, apalagi sampai bermabuk-mabukan, tetapi berdoalah karena doa adalah dasar hidup orang beriman.