Undangan Kasih Tuhan

Selasa, 7 November 2023 – Hari Biasa Pekan XXXI

179

Lukas 14:15-24

Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.”

***

Beberapa bulan yang lalu, saya membaca postingan seorang sahabat yang menuliskan kisah tentang seorang pria yang memohon kepada Tuhan. Ceritanya seperti ini: Seorang pria berseru, katanya, “Tuhan, berbicaralah kepadaku.” Seekor burung bersiul-siul dari atas ranting pepohonan, tetapi pria itu tidak mau mendengarkannya. Pria itu berteriak semakin keras, “Tuhan, bicaralah kepadaku!” Tiba-tiba guntur bergemuruh begitu keras di langit, tetapi lagi-lagi ia tidak mau mendengarkannya. Lalu, ia melihat sekeliling dan berkata, “Tuhan, izinkanlah aku melihat-Mu.” Sebuah bintang bersinar terang di atas langit, tetapi orang itu tidak mau melihatnya. Pria itu semakin putus asa dan menangis tersedu-sedu, “Sentuhlah aku, ya Tuhan, dan beritahukanlah kepadaku bahwa Engkau ada di sini.” Seekor kupu-kupu hinggap di lengan pria itu, namun ia menepisnya dan pergi dengan sedih.

Kisah itu secara apik merenungkan tentang kehadiran dan undangan kasih Tuhan. Memang, sebagaimana pria dalam kisah di atas, kita sering mengabaikan tanda kehadiran dan undangan kasih Tuhan, hanya karena tanda dan undangan kasih itu tidak dikemas seperti yang kita harapkan.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengisahkan kepada para pendengar-Nya sebuah perumpamaan tentang seorang yang mengadakan perjamuan besar-besaran dan berusaha mengundang banyak orang. Namun, apa yang terjadi? Para tamu yang diharapkan datang ternyata menolak untuk menghadiri perjamuan tersebut. Mereka tidak bisa datang dengan berbagai alasan. Melihat itu, sang tuan yang menyelenggarakan pesta tidak merasa putus asa. Ia menyuruh para hambanya untuk pergi ke jalan-jalan dan mengundang semua orang yang mereka jumpai.

Apa yang hendak Yesus ajarkan melalui perumpamaan ini? Pertama, Yesus menyadarkan kita bahwa Tuhan tidak pernah lelah mengudang kita untuk ikut ambil bagian dalam perjamuan sukacita kerajaan-Nya. Ia mengharapkan agar kita membuka hati dan selalu bersedia untuk hadir. Tuhan mengundang kita setiap hari ke perjamuan Ekaristi-Nya, agar kita dipelihara oleh sabda, tubuh dan darah, serta Roh-Nya yang menghidupkan. Namun sayangnya, kita selalu memiliki banyak alasan untuk tidak ikut ambil bagian di dalamnya. Misalnya, kita lebih mengutamakan karir atau bisnis daripada panggilan Tuhan atas diri kita. Kita cenderung memusatkan perhatian kepada kesibukan pribadi daripada kepada pikiran tentang Tuhan. 

Kedua, melalui perumpamaan ini, Yesus menyadarkan kita tentang Kerajaan Surga yang terbuka bagi semua, tanpa memandang status sosial atau latar belakang. Karena itu, Yesus mengajak kita untuk menyebarkan undangan kasih Tuhan dan membagi berkat dari-Nya kepada semua orang tanpa tebang pilih. Kasih Tuhan yang tidak memihak siapa pun, serta tidak memandang perbedaan atau status sosial.

Apakah kita siap untuk menunjukkan kasih yang tulus dan tidak memihak dalam hubungan dengan sesama? Perlu kita sadari bahwa Tuhan menghendaki agar rumah-Nya dipenuhi oleh sukacita dan semangat persaudaraan. Undangan kasih-Nya menjadikan kita semakin mengenal Dia dan merasakan kehadiran-Nya, serta mengasihi dan melayani Dia melalui sesama dalam kehidupan sehari-hari.