Lukas 14:1, 7-11
Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat daripada engkau, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
***
Kita semua pasti pernah menghadiri pesta perkawinan. Ketika menghadiri pesta perkawinan, orang biasanya selalu berusaha untuk tampil sebaik dan semenarik mungkin. Pesta perkawinan memang sering kali menjadi ajang untuk menunjukkan seberapa penting kedudukan tamu-tamu undangan di tengah-tengah masyarakat.
Hal itu tampak dalam pesta perkawinan yang dihadiri Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Yesus melihat bahwa para tamu yang hadir dalam pesta ini ingin dihormati lebih dari yang lain. Mereka berupaya untuk duduk di tempat-tempat terhormat yang disediakan oleh tuan rumah. Sikap tersebut tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dalam pengajaran-Nya, Yesus mengingatkan agar kita mau dan memilih untuk duduk di tempat yang dianggap rendah. Biarlah tuan rumah memanggil dan menyiapkan tempat yang terhormat bagi kita apabila kita memang layak untuk itu. Yesus dengan ini mengajak kita untuk senantiasa mengedepankan kerendahan hati dengan memperlakukan orang lain sebagai pihak yang lebih penting daripada diri kita sendiri. Sikap rendah hati haruslah menjadi pilihan murid-murid Kristus.
Kerendahan hati adalah kunci bagi setiap orang untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Mari kita merenung: Apakah selama ini kita sudah sungguh rendah hati? Ataukah kita masih mementingkan reputasi dan penghargaan dari sesama atas apa yang kita lakukan? Kalau kita rendah hati, sesama selalu menjadi fokus pelayanan kita. Kita selalu terdorong untuk melayani dan menghormati orang lain. Rendah hati juga diwujudkan dengan kesiapan untuk terbuka pada teguran, nasihat, dan bimbingan dari orang lain.
Dengan bersikap rendah hati, kita akan menyadari bahwa yang memampukan kita melayani bukanlah kekuatan kita sendiri, melainkan kasih dan karunia Allah kepada kita. Karena itu, pelayanan tidak bisa dijadikan alasan untuk menyombongkan diri. Melalui pelayanan kita, hendaknya nama Tuhan semakin dimuliakan dan semakin membawa berkat bagi kita dan sesama.
Mencari Kerajaan Allah adalah tujuan hidup kita. Sebagai murid Kristus, marilah kita hidup dalam kerendahan hati dengan mementingkan pelayanan penuh kasih dan penghargaan terhadap setiap orang. Semoga dengan demikian Tuhan sendirilah yang akan menempatkan kita pada kedudukan yang indah bersama Dia dalam Kerajaan-Nya.